Welcome To My Blog :)

Jumat, 28 Juni 2013

CPT PLI 75 Masalah Sampah di Garut


Namun siapa tahu, ternyata Garut pernah mempunyai masalah serius terhadap sampah.
Di Kota Dodol ini, penanganan sampah tak hanya dihadapkan pada terbatasnya lahan penampungan, tapi juga sarana pengangkutan. Pengangkutan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat belum bisa ditangani secara optimal. Akibatnya, tumpukan sampah di sejumlah titik, terutama daerah perkotaan, masih muncul dan mengganggu kenyamaan serta kesehatan. Pemkab Garut hingga saat ini hanya memiliki mobil pengangkut sampah sebanyak 24 unit. Dari jumlah itu, bahkan beberapa di antaranya dalam kondisi rusak dan tak bisa dioperasikan.

Mobil pengangkut sampah banyak yang sudah tua, sehingga tak jarang mogok saat beroperasi. Kendaraan pengangkut sampah yang ada di Dinas Kebersihan, sekitar 80 persen sudah tidak layak pakai dan harus diganti. Selain kekurangan mobil, Dinas Kebersihan juga masih kekurangan karyawan atau pegawai lapangan. Sehingga, kurangnya armada angkut dan petugas, mengakibatkan sampah yang dihasilkan masyarakat tak bisa terangkut semuanya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Sampah yang dibuang warga di lima kecamatan, yakni Tarogong Kaler, Tarogong Kidul, Garut Kota, Karangpawitan, dan Kecamatan Banyuresmi, sebanyak 1.038 kubik per hari, akan tetapi yang bisa terangkut hanya 292 kubik saja per hari. Karena setiap hari ada yang tidak terangkut, maka muncullah tumpukan di sana-sini. Ke depan masalah sampah akan semakin rumit jika tak segera mendapatkan penanganan serius, apalagi jumlah penduduk terus meningkat. Bahkan sekarang ini, mobil-mobil sampah di Dinas Kebersihan, diberi tugas untuk mengangkut sampah dari Kecamatan Leles dan Kadungora. 
Saat disinggung anggaran dari APBD untuk Dinas Kebersihan, tahun 2012 Dinas Kebersihan mendapatkan kucuran Rp 4 miliar, tetapi semuanya habis untuk BBM, service, pemiliharaan, pengelasan dan lainnya.

Kian banyak penduduk Kota Garut dan sekitarnya kecewa semakin menumpuk dan berserakan sampah di kawasan kotanya.Akibat terbilang sangat minimnya“tempat pembuangan sampah sementara” (TPS). Sehingga banyak warga terpaksa membuang sampah di pinggiran jalan, bahkan di sembarang tempat.
Kesadaran masyarakat Garut dalam menjaga kebersihan terutama terkait masalah sampah masih sangat rendah. Padahal, penanganan sampah bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan juga masyarakat. Dalam hal ini, upaya pemerintah tidak akan ada artinya tanpa dukungan dari masyarakat. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), setiap orang berpotensi memproduksi sampah sebanyak 2 liter setiap hari. Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Kab. Garut, volume sampah yang dihasilkan pun terus meningkat. Peningkatan volume sampah ini tidak sebanding dengan tenaga kerja dan fasilitas yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar