Magelang terkenal dengan kota yang bersih dan rapi. Prestasi yang diraih Kota Magelang berupa piala Adipura tahun 2012 merupakan prestasi yang sangat membanggakan. Namun, siapa tahu beberapa tahun lalu Magelang pernh berurusan dengan sampah yang sangat mengganggu mereka. Sampah memang akan menjadi sosok yang menakutkan jika tidak dikelola dengan baik. Untuk melakukan pengelolaan sampah agar menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat, membutuhkan kesadaran semua pihak, baik kebijakan pemerintah daerah yang lebih peduli terhadap sampah maupun kesadaran dari masyarakatnya. Jika kesadaran masyarakat terhadap sampah sangat minim, maka sampah akan selalu menimbulkan permasalahan baru.
Caranya, dengan mereduksi melalui pengadaan bank-bank sampah di setiap RT/ RW. Secara hitungan matematis, dalam dua tahun mendatang sudah overload. Maka, berbagai cara dilakukan untuk meminimalisir kiriman sampah ke TPSA Banyuurip. Salah satunya mereduksi di sektor hulu. Eri melanjutkan, pasokan sampah ke TPSA Banyuurip rata-rata 30 truk setiap hari. Dengan pola reduksi pada hulu, setidaknya sampah yang masuk bisa dikurangi sekitar 10 truk per hari. Upaya penggarapnya dilakukan di setiap RT/RW dengan memaksimalkan bank sampah. Selanjutnya, diserahkan pengepul untuk didaur ulang. Artinya, sampah tidak langsung ditumpuk di TPSA,. Ada pengelolaan di tingkat hulu lebih dulu. Saat ini beberapa kelurahan sudah merealisasikan program ini. Seperti Kelurahan Kramat Utara, Jurangombo Selatan, Rejowinangun Utara, dan Potrobangsan.“Cara mengelola dengan bank sampah dan mengkoordinir pengepul, diperkirakan TPSA Banyuurip masih bertahan hingga lima tahun ke depan,” katanya menghitung.
TPSA Banyuurip sebenarnya masih bisa dimanfaatkan cukup lama. Sebab tumpukan sampahnya masih bisa diratakan, karena ketebalan baru satu meter. Sesuai ketentuan, TPA yang tidak layak adalah sampah yang menumpuk lebih dari delapan meter ketebalannya. Keberadaan TPSA Banyuurip telah menzalimi masyarakat Tegalrejo Kabupaten Magelang. Sudah terbukti secara ilmiah, tiga titik sumur di sekitar TPSA masih bisa dimanfaatkan airnya. Saat ini, tiga titik sumur pantau tersebut airnya masih bisa digunakan. Bahkan , bisa dikonsumsi sebagai air minum dan mencuci petugas di TPSA. keseluruhan lahan seluas delapan hectare terbagi dalam lima zona. Saat ini, hanya tersisa satu zona. Satu zona tersebut bukan hanya dimanfaatkan sebagai pembuangan sampah dari Kota Magelang saja, namun juga dari kabupaten. Seperti kiriman sampah dari Tegalrejo, Mertoyudan, Secang, dan Akmil.
Meski pemerintah sudah berusaha maksimal untuk memanfaatkan TPSA yang ada, tetapi peran masyarakat juga sanagt penting untuk menanggulangi masalah sampah ini. Jika kesadaran masyarakat untuk mendaur ulang sampah bisa terwujud, maka pemerintah akan membantu mempromosikan hasil daur ulang tersebut. Tetapi kesadaran masyarakat untuk mendaur ulang sampah masih sangat rendah, sehingga sampah tetap menjadi sesuatu yang tidak berguna. Ke depan nanti masyarakat bisa mulai memiliki pemikiran untuk memproduksi sampah, sehingga sampah bukan lagi menjadi sesuatu yang dihindari tetapi bisa menjadi sesuatu yang dicari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar