Welcome To My Blog :)

Sabtu, 29 Desember 2012

Al-Qur'an Menjawab

KENAPA AKU DIUJI ?

QURAN MENJAWAB :

Qs. Al-Ankabut : 2-3 "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
'Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi ?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

KENAPA AKU TAK MENDAPAT APA YG AKU INGINKAN ?

QURAN MENJAWAB :

Qs. Al-Baqarah : 216
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu.
Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui

KENAPA UJIAN SEBERAT INI ?

QURAN MENJAWAB :

Qs. Al-Baqarah : 286
"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

KENAPA FRUSTASI ?

QURAN MENJAWAB :

Qs. Al-Imran : 139
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang2 yg paling tinggi derajatnya, jika kamu orang2 yg beriman

BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA ?

QURAN MENJAWAB :

Qs. Al-Baqarah : 45
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sholat; dan sesungguhnya sholat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk"
Tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah semata.

APA YANG AKU DAPAT ?

QURAN MENJAWAB :

Qs. At-Taubah : 111
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang2 mu'min, diri, harta mereka dengan memberikan jannah utk mereka"

KEPADA SIAPA AKU BERHARAP ?

QURAN MENJAWAB :

Qs. At-Taubah : 129
"Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain dari-Nya.
Hanya kepada-Nya aku bertawakkal.

AKU TAK SANGGUP !!

QURAN MENJAWAB :
Qs. Yusuf : 12

"Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yg kafir.

Senin, 24 Desember 2012

Bab XIII Industri Gelas


Gelas merupakan alat yang menunjang kebutuhan pangan manusia yang digunakan sebagai tempat minum.

Komponen utama dalam gelas adalah :
  1. Pasir
  2. Soda : NaO2 dalam soda abu
  3. Feldspar : untuk menurunkan titik leleh gelas
  4. Borak : menurunkan koefisien expansi dan meningkatkan ketahanan terhadap bahan kimia
  5. Cullet : Berupa pecahan gelas hasil produk gagal untuk mencegah gelembung udara

Komponen sekunder dalam gelas adalah :
  1. Refining agent : menghilangkan gelembung gas pada saat pelelehan bahan baku
  2. Penghilang warna yang digunakan mangan dioksida,  logam selenium,  nikel oksida
  3. Pewarna : digunakan untuk membuat gelas khusus sesuai dengan warna yang dikehendaki
  4. Opacifiers : bahan yang digunakan opacifier adalah flourite

Sifat – sifat gelas yaitu :
  1. Gelas merupakan bahan yang dapat ditembus oleh cahaya tampak dan sinar infra merah, tetapi tidak oleh sinar ultraviolet.
  2. Gelas yang mengandung Pb tidak dapat dilewati oleh sinar rontgen.
  3. Pemanasan akan menyebabkan pemuaian gelas yang besarnya sangat berbeda satu sama lain (tergantung koefisien pemuaian). 
  4.  Karena gelas bersifat rapuh, tegangan tersebut dapat  menimbulkan retakan. Bahan aditif khusus seperti boron oksida dapat membuat gelaskimia lebih tahan terhadap bahan kimia dan perubahan temperatur.  
  5. Gelas merupakan isolator listrik yang baik dan penghantar panas yang buruk (terutama glasswool). 


Bab XIII Industri Bahan Baku Pestisida


Bahan aktif adalah senyawa kimia yang mempunyai efek pestisida, yakni efek meracuni atau efek biologi lainnya. Misalnya sebagai penarik, pengusir dsb. Nama umum bahan aktif adalah CARBOFURAN. Salah satunya adalah Atraktan yaitu zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik. Sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan perangkap.

Pestisida tersusun dari unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105 unsur. Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur. Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen, oxigen, nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari logam atau semi logam adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan arsenic.

Ada beberapa jenis pembasmi hama , yaitu:
Insektisida: Pembasmi serangga.
Herbisida: Pembasmi tanaman pengganggu.
Fungisida: Pembasmi jamur.
Rodentisida: Pembasmi binatang pengerat.
Akarisida: Pembasmi tungau.
Bakterisida: Pembasmi bakteri.
Larvasida: Pembasmi larva

Bab XIII Industri Plastik


Penggunaan plastik di berbagai bidang seperti di atas di dasarkan pada alasan bahwa bahan plastik mempunyai keunggulan dibandingkan dengan bahan lain antara lain, seperti tidak mudah berkarat, kuat, tidak mudah pecah, ringan, dan elastis. Ada beberapa proses yang terjadi pada industri plastik, yaitu bahan dasar biji plastik mengalami pemanasan, kemudian dikirim ke tempat pembentukan. Pembentukan bisa dilakukan dengan berbagai cara antara lain: pencetakan, pengepresan, dan pembentukan dengan pemanasan atau dengan vakum. Setelah mengalami pembentukan, selanjutnya dilakukan proses pendinginan. Proses ini bertujuan agar plastik yang sudah terbentuk tidak mengalami perubahan bentuk lagi.

Secara umum plastik dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Thermo Halus
Thermo halus adalah plastik yang mempunyai sifat apabila dipanaskan ia akan menjadi halus. Jenis plastik ini sering kita gunakan karena sifat plastik ini mudah dibentuk sesuai keinginan kita.
2. Thermo Kasar
Thermo kasar adalah plastik yamg mempunyai sifat apabila dipanaskan ia akan menjadi keras dan tidak akan menjadi lunak. Jenis plastik ini sering digunakan pada industri-industri besar dan juga digunakan pada pesawat ruang  angkasa.

Selain pengelompokan plastik seperti di atas, plastik secara komersial dikenal dengan berbagai macam nama. Penamaan ini dibuat berdasarkan bahan penyusunnya. Jenis-jenis plastik tersebut adalah :
a. Polyetheen (PE).
b. Poly Vinyl Chlorida (PVC).
c. Poly Propylen (PP)
d. Poly Methil Meth Acrylaat (PMMA)
e. Acrylonitrit butadieen Styreen (ABS).
f. Poly Amide (PA).
g. Polyester (Cairan pengeras dan perapat).
h. Poly Ethen Three (PET).

Bab XIII Industri Kulit


Industri penyamatan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah(hides atau skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan penyamak. Pada proses penyamakan, semua bagian kulit mentah yang bukan colagen saja yang dapat mengadakan reaksi dengan zat penyamak. Kulit jadi sangat berbeda dengan kulit mentah dalam sifat organoleptis, fisis, maupun kimiawi.

Dalam Industri penyamatan kulit, ada tiga pokok tahapan penyamatan kulit,yaitu:
1.     Proses Pengerjaan basah. (beam house).
2.     Proses Penyamakan (tanning).
3.     Penyelesaian akhir (Finishing).

Masing- masing tahapan ini terdiri dari beberapa macam proses, setiap proses memerlukan tambahan bahan kimia dan pada umumnya memerlukan banyak air, tergantung jenis kulit mentah yang digunakan serta jenis kulit jadi yang dikehendaki.

Bab XIII Industri Karet


Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (atau dikenal dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet dilukai, maka getah yang dihasilkan akan jauh lebih banyak. Sumber utama getah karet adalah pohon karet Para Hevea Brasiliensis (Euphorbiaceae). Saat ini Asia menjadi sumber karet alami. Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet di Asia Tenggara berkat jasa dari Henry Wickham. saat ini, negara-negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia. Karet telah digunakan sejak lama untuk berbagai macam keperluan antara lain bola karet, penghapus pensil, baju tahan air, dll.

Pada waktu pendudukan Jepang di Asia Tenggara dalam perang dunia kedua, persediaan karet alam di negara sekutu menjadi kritis dan diperkirakan akan habis dalam beberapa bulan. Pemerintah Amerika mendorong penelitian dan produksi untuk menghasilkan karet sintetik untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Usaha besar ini membuahkan hasil dalam waktu singkat dan terus berkembang sesudah berakhirnya perang dunia kedua, 1/3 karet yang dikonsumsi dunia adalah karet sintetik. Karet sintetik cukup mendominasi industri karet, tetapi pemakaian karet alam pun masih sangat penting saat ini antara lain industri militer dan otomotif. Pada tahun 1983, hampir 4 juta ton karet alam dikonsumsi oleh dunia, tetapi karet sintetik yang digunakan sudah melebihi 8 juta ton.

Bab XIII Industri Keramik


Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas.
Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik secara kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang jelek. Di samping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik secara umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya.

Bab XIII Industri Semen


Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Bila semen dicampurkan dengan air, maka terbentuklah beton. Beton nama asingnya, concrete-diambil dari gabungan prefiks bahasa Latin 87com, yang artinya bersama-sama, dan  crescere (tumbuh), yang maksudnya kekuatan yang tumbuh karena adanya campuran zat tertentu.

Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa: silika oksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi oksida (Fe2O3) dan magnesium oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk  clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg.

Bab XIII Industri Kertas dan Pulp


Pertumbuhan industri pulp dan kertas di Indonesia sungguh menakjubkan. Kapasitas produksi industri kertas pada tahun 1987 sebesar 980.000 ton, kemudian tahun 1997 meningkat tajam menjadi 7.232.800 ton. Bila memperhitungkan rencana perluasan dan investasi baru pada tahun 1998-2005 maka kapasitas produksi industri kertas sampai dengan akhir tahun 2005 dapat bertambah menjadi 13.696.170 ton (APKI Direktori, 1997).

Demikian juga halnya dengan industri pulp. Pada tahun 1987 kapasitas produksi industri pulp baru mencapai 515.000 ton, kemudian tahun 1997 meningkat menjadi 3.905.600 ton. Sementara itu, pada tahun 1998-1999 telah direncanakan penambahan kapasitas produksi sebesar 1.390.000 ton. Dengan demikian, pada akhir tahun 1999 total kapasitas produksi industri pulp dapat mencapai 5.295.600 ton. Penambahan kapasitas produksi oleh industri pulp yang sudah ada dan adanya rencana investasi baru pada tahun 2000 - 2005 akan menambah kapasitas produksi industri pulp pada akhir tahun 2005 menjadi total 12.745.600 ton.

Tidak dapat dipungkiri bahwa peran industri pulp dan kertas bagi perekonomian Indonesia sangat strategis, pengusahanya mendapatkan keuntungan besar. Dengan tidak mengimpor pulp dan kertas tentu akan menghemat cadangan devisa yang belakangan ini surut akibat krisis ekonomi. Selain itu, industri pulp mampu menciptakan lapangan kerja baru. Namun demikian, apakah arti semuanya itu bila kehidupan kita terancam akibat semakin rusaknya hutan alam Indonesia? Apakah berbagai kerugian yang terjadi (biaya lingkungan dan biaya sosial yang timbul) dapat dibayar dengan keuntungan yang diperoleh? Penulis merekomendasikan kepada pemerintah agar pabrik pulp dan kertas hanya diijinkan beroperasi bila sudah ada kepastian sumber bahan baku kayu pulp yang berasal dari Hutan tanaman. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan HTI harus diwujud-nyatakan. Pasokan bahan baku kayu untuk industri pulp dari hutan alam (kayu IPK) harus segera dihentikan. Untuk industri pulp yang telah beroperasi bahan bakunya harus diimpor (misalnya dari Australia atau New Zealand), sampai panen HTI-pulp mencukupi. Dengan demikian, ancaman kerusakan hutan alam Indonesia dapat dikurangi [TM Juni 2000].


Bab XIII Industri Bahan Peledak


Bahan peledak (explosives) adalah bahan/zat yang berbentuk cair, padat, gas atau campurannya yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan, gesekan akan berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang lebih stabil, yang sebahagian besar atau seluruhnya berbentuk gas dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang amat singkat, disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi.

Berdasarkan komposisi kimia, bahan peledak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Senyawa tunggal terdiri dari satu macam senyawa saja yang sudah merupakan
bahan peledak. Senyawa tunggal ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
(1) Senyawa an-organik misalnya : PbN6, Amonium nitrat.
(2) Senyawa organik misalnya : Nitrogliserin, Trinitrotoluena dan lain-lain.
b) Campuran yang merupakan penggabungan dari berbagai macam senyawa
tunggal. Misalnya : dinamit, black powder, ANFO, dan lain-lain

Ledakan merupakan reaksi kimia yang merambat dari satu titik ke titik lain
dalam massa bahan peledak tersebut. Berdasarkan kecepatan rambat tersebut
bahan peledak dibagi menjadi : 
a) Bahan peledak rendah (Low explosives). Bahan peledak yang kecepatan
rambat reaksinya rendah (umumnya dibawah 1.000 m/detik) bahan
peledak rendah umumnya digunakan sebagai bahan pendorong atau
propelan. Misalnya : black powder (sumbu api), propelan (single base,
double base).
b) Bahan peledak tinggi (High Explosives) yang terdiri dari :
 (1) Bahan peledak non initial
 (2) Bahan peledak penghantar
 (3) Bahan peledak penghancur
 (4) Bahan peledak initial. Misalnya: Mercury fuminate, Tetrazene, Diazodiaminophenol

Bab XIII Industri Bahan Pewarna dan Pencelup


Bahan pewarna secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Bahan pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan larut di air. Pada berbagai situasi, proses pewarnaan menggunakan mordant untuk meningkatkan kemampuan menempel bahan pewarna. Bahan pewarna dan pigmen terlihat berwarna karena mereka menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya. Berlawanan dengan bahan pewarna, pigmen pada umumnya tidak dapat larut, dan tidak memiliki afinitas terhadap substrat. Sumber utama bahan pewarna adalah tumbuhan, khususnya akar-akaran, beri-berian, kulit kayu, daun, dan kayu. Sebagian dari pewarna ini digunakan dalam skala komersil.
Pewarna alami adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah digunakan sejak dulu dan umumnya dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis. Dalam daftar FDA pewarna alami dan pewarna identik alami tergolong dalam ”uncertified color additives”  karena tidak memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi.
Pewarna sintetik secara cepat menggantikan peran dari pewarna alami sebagai bahan pewarna. Hal ini disebabkan karena biaya produksinya yang lebih murah, jenis warna yang lebih banyak, lebih stabil, dan kemampuan pewarnaan yang lebih baik.
Pencelupan merupakan suatu upaya dalam meningkatkan nilai komersil dari barang. Nilai komersil ini menyangkut nilai indra seperti warna, pola dan mode, dan nilai-nilai guna yang tergantung dari apakah produk akhir dipakai untuk pakaian, barang-barang rumah tangga atau penggunaan lain. Lagi pula, nilai-nilai guna sebagai pakaian tergantung pada tingkatan yang dikehendaki dari sifat-sifat penyesuaian seperti misalnya sifat-sifat pemakaian, sifat-sifat pengolahan, sifat-sifat perombakan dan sifat-sifat sebagai cadangan. Nilai-nilai ini dapat diberikan dengan cara yang beraneka ragam oleh macam -macam bahan, seperti serat kapas, benang, kain tenun, dan kain rajut, bermacam-macam cara proses, termasuk pencelupan.
Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan secara merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum pencelupan dilakukan maka harus dipilih zat warna yang sesuai dengan serat. Pencelupan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik dengan menggunakan alat-alat tertentu pula.
Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan kedalam larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna kedalam serat merupakan suatu reaksi eksotermik dan reaksi kesetimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya garam, asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan kemudian pencelupan diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki.

Bab XIII Industri Agrokimia


Agrokimia merupakan Industri yang bergerak di bidang pertanian meliputi : pupuk, pestisida, dan plestisida. Dengan mengacu kepada arah kebijakan industri dan berdasarkan pada karakteristik dan ciri sub sektor Industri Agro dan Kimia, serta peranannya dalam struktur industri dan ekonomi Indonesia pada umunya, maka pembangunan Industri Agro dan Kimia dilaksanakan dengan visi yaitu:
"Mewujudkan Industri Agro dan Kimia (AGROKIM) yang berdaya saing dan bernilai tambah tinggi, struktur yang kuat, berbasis SDA lokal, didukung oleh SDM dan teknologi yang handal, berwawasan lingkungan serta mampu meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat."
Sesuai dengan visi yang diemban, maka misi pengembangan industri Agro dan Kimia adalah:
a)      Meningkatkan nilai tambah sumber daya alam nasional.
b)      Meningkatkan pemerataan pembangunan nasional, kesempatan kerja dan berusaha.
c)      Meningkatkan ekspor.
d)     Menunjang pangan melalui penyediaan pangan olahan dan saprodi yang tepat dan cukup.
e)      Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan penguasaan teknologi dalam rangka mengantisipasi persaingan global.
Berdasarkan Peraturan RI No. 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara RI, Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang industri agro dan kimia.

Bab XIII Industri Oleokimia


Oleokimia merupakan bahan kimia yang berasal dari minyak/lemak alami, baik tumbuhan maupun hewani. Pada saat ini, permintaan akan produk oleokimia semakin meningkat. Hal ini disebabkan produk oleokimia mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan produk petrokimia, seperti harga, sumber yang dapatdiperbaharui, dan produk yang ramah lingkungan. Pada saat ini industri oleokimiamasih berbasis kepada minyak/trigliserida sebagai bahan bakunya. Hal ini terjadikarena secara umum para pengusaha masih ragu untuk terjun secara langsung ke industri oleokimia. Masih sangat jarang dijumpai sebuah industri yang mengolah bahan baku langsung menjadi bahan kimia tanpa melalui trigliserida.

Selama ini asam lemak dari kelapa sawit selalu diolah dari minyak/trigliserida. Padahal darisegi teknik dan ekonomi akan lebih efisien untuk mengolah secara langsung buahsawit menjadi asam lemak melalui pengaktifan enzim lipase yang terkandung pada buah sawit. Hal ini juga bisa ditemukan pada bahan baku nabati lainnya(Samardi 2009).Oleokimia terdiri atas asam lemak, meliester lemak, alkohol lemak, aminalemak, dan gliserol. Produk-produk turunannya berupa sabun batangan, detergen,sampo, pelembut, kosmetik, bahan tambahan untuk industri plastik, karet, dan pelumas. Dalam perdagangan dikenal dua jenis oleokimia, yaitu oleokimia alamidan oleokimia buatan. Oleokimia alami diperoleh dari minyak nabati atau minyak hewani sedangkan oleokimia dapat diperoleh dari minyak bumi (petrokimia), seperti propilena (Andreson 1999).

Bab XIII Industri Pengolahan Logam


Proses pembuatan logam adalah bidang ilmu keteknikan yang membahas tentang proses pengolahan mineral (termasuk pengolahan batubara), proses ekstraksi besi dan pembuatan paduan, hubungan perilaku sifat mekanik logam dengan strukturnya, proses penguatan logam serta fenomena-fenomena kegagalan dan degradasi logam atau juga disebut teknik metalurgi. Teknik Metalurgi begitu luas, dimulai dari pengolahan mineral (mineral dressing), ekstraksi logam dan pemurniannya, perekayasaan sifat fisik logam (physical metallurgy), proses produksi logam (mekanichal metallurgy), teknologi perancangan dan pengoperasian sistem-sistem metalurgi hingga fenomena kegagalan struktur logam akibat beban mekanik dan degradasi logam akibat berinteraksi dengan lingkungannya termasuk pengendaliannya, serta teknologi daur ulang. Teknik Material adalah mengenai teknik proses atau fabrikasi (pengecoran, pengerolan, pengelasan, dan lain-lain), teknik analisa, kalorimetri, mikroskopi optik dan elektron, dan lain-lain), serta analisa biaya atau keuntungan dalam produksi material untuk industri.

Proses pembuatan logam merupakan penekanan pada logam dengan mempunyai daya tekan yang tinggi sehingga dapat dikatakan penempaan merupakan proses penumbukan pada benda kerja sehingga membentuk suatu benda,karena penempaan merupakan proses merapatan bulir atau seratpada bahan baku maka proses penempaan mempunyai kekuatan untuk ratio berat sehingga sangat baik untuk digunakan sebagai komponen-komponen pesawat angkat.Pada proses pengecoran juga dapat dikatakan sebagai penempaan karena pembentukan logam cair tersebut dibentuk dalam cetakan dan cetakan tersebut mendapatkan tekanan atau tempaan dari luar.

Meskipun proses pembuatan logam terdapat berbagai masalah dalam prosesnya akan tetapi dapat diatasi dengan berbagi cara, yakni manaikkan temperature tempa,dan menaikan tekanan tempa.

Bab XIII Industri Petrokimia


Produk petrokimia merupakan produk lanjut dari hasil pengolahan minyak dan gas pengolahan minyak dan gas bumi guna memperoleh nilai bumi guna memperoleh nilai tambah yang lebih besar. Produk petrokimia yang dihasilkan dari hasil pengolahan minyak bumi berupa naptha, dan kondensat adalah produk aromatik (benzene, toluene dan xylene) dan produk olefin (ethylene, propylene dan butadiene) yang merupakan bahan baku untuk industri sandang, karet, sintetis, plastik, dll. Contoh produk-produk industri petrokimia hulu antara lain Methanol, Ethylene, Propylene, Butadine, Benzene, Toluene, Xylenes, Fuel Coproducts, Pyrolisis Gasoline, Pyrolisis Fuel Oil, Raffinate dan Mixed C4.

Bahan – Produk petrokimia adalah segala bahan atau produk kimia yang dibuat/dihasilkan secara sistetik dari bahan baku migas atau kom g pponenkomponennya/fraksi-fraksi, seperti: pakaian, produk kosmetik dan parfum yang kita kenakan sehari-hari. Kantong-kantong plastik, botol-botol plastik dan barang-barang plastik lainnya yang sering kita gunakan sehari-hari. Jendela pesawat terbang, payung penerjun, interior dan cat dinding, lapisan teflon pada penggorengan, Sikat rambut, Sikat gigi, “container”, “fiber glass”, clan loin-lain yang sering kita pakai sehari-hari. Bahan – Produk Polimer adalah segala bahan atau produk kimia baik yang terbentuk secara proses alamiah di alam (yaitu yang disebut polimer alamiah atau polimer buatan alam) maupun yang terbentuk secara sintetik.

Bab XIII Industri Pengolahan Minyak Bumi



Minyak bumi
 bukan merupakan senyawa homogen, tapi merupakan campuran dari berbagai jenis senyawa hidrokarbon dengan perbedaan sifatnya masing-masing, baik sifat fisika maupun sifat kimia.Proses pengolahan minyak bumi sendiri terdiri dari dua jenis proses utama,yaitu Proses Primer dan Proses Sekunder. Sebagian orang mendefinisikan Proses Primer sebagai proses fisika, sedangkan Proses Sekunder adalah proses kimia. Hal itu bisa dimengerti karena pada proses primer biasanya komponen atau fraksi minyak  bumi dipisahkan berdasarkan salah satu sifat fisikanya, yaitu titik didih. Sementara pemisahan dengan cara Proses Sekunder bekerja berdasarkan sifat kimia kimia, seperti perengkahan atau pemecahan maupun konversi, dimana didalamnya terjadi proses perubahan struktur kimia minyak bumi tersebut

Bab XIII Industri Kimia Dasar


Industri kimia dasar yaitu industri proses kimia yang menghasilkan produk zat kimia dasar, seperti Asam Sulfat dan Ammonia. Industri adalah suatu kelompok usaha yang menghasilkan produk yang serupa atau sejenis. Sedangkan produk adalah barang atau jasa yang ditawarkan oleh suatu usaha. Industri proses kimia adalah industri yang mengolah bahan baku / bahan mentah menjadi suatu hasil / produk dengan memanfaatkan proses-proses kimia. Proses-proses kimia yang dilakukan dalam industri proses kimia adalah reaksi kimia dan peristiwa kimia fisik.

Peristiwa kimia fisik antara lain :
a)      Pencampuran molekuler bahan-bahan dengan rumus dan struktur molekul yang berlainan.
b)     Pengubahan fase, antara lain : penguapan, pengembunan, pengkristalan
c)      Pemisahan campuran menjadi zat-zat penyusunnya yang lebih murni

Yang merupakan kelompok utama dari industri adalah :  
  1. Industri budidaya: Merupakan industri yang mengolah sumber daya alam yang dapat terbarukan, antara lain meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan
  2. Industri ekstraktif: Merupakan industri yang mengolah sumber daya alam yang tak terbarukan, antara lain meliputi pertambangan mineral logam, non logam, batu bara, minyak bumi dan gas.
  3. Industri fabrikasi: Merupakan industri yang menghasilkan produk dengan mengolah dan memprosesnya dalam suatu sarana fisik atau bengkel. Yang termasuk dengan industri fabrikasi adalah industri manufaktur dan industri proses kimia.
  4. Industri agrokimia: yaitu industri yang memproduksi aneka pupuk dan bahan kimia untuk budidaya pertanian, seperti pestisida,     urea, ammonium sulfat.
  5. Industri makanan dan minuman, seperti : susu, gula, garam.
  6. Industri bahan pewarna dan pencelup.
  7. Industri bahan peledak
  8. Industri pulp dan kertas Industri semen dan keramik Industri karet, kulit dan plastik 

Minggu, 23 Desember 2012

Jurnal 13 Rekayasa Alat Uji Kadar NaCl dalam Garam

Pengarang : Sumarsono, Slamet; Prasetya; Budi Nur; Sri Wahyuningsih; Suyono, T.Susdawanita; Waluyo

Alat uji kadar natium klorida dalam garam diperlukan oleh industri garam karena hasilnya dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas garam. Alat ini tidak mudah didapatkan. Sebaliknya, komponen elektronik yang dimungkinkan dapat dirangkai menjadi alat semacam itu mudah diperoleh di pasaran. Telah dicoba membuat alat uji kadar natium klorida dalam garam dengan penunjukan digital yang menggunakan pengalih kawat emas. Daya hantar listriknya dapat mempengaruhi tekanan yang diberikan. Tegangan tersebut diolah dengan penguat operasional XRI458. Sebagai konvertor analog-digital sekaligus pengemudi tujuh segmen digunakan rangkaian terpadu ICL71O7. Alat uji yang dihasilkan mempunyai rentang pengukuran 100 30 persen NaCl dengan koreksi minus 8.5: simpangan rata-rata sebesar 0.15 persen dan rentang pengukuran 30 5 persen NaCl dengan koreksi minus 1.5: simpangan rata-rata sebesar 0.08 persen. Pada standardisasi dengan larutan 100 persen - 80 persen dengan jarak 2 persen mempunyai simpangan rata-rata sebesar O.16 persen. Hasil uji coba terhadap contoh garam dan dibandingkan dengan cara argentometri mempunyai perbedaan hasil ukur rata-rata sebesar 0.7 persen.

Jurnal 12 Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Sebagai Bahan Pembuatan Asam Oksalat

Pengarang : Yenti, Silvia Reni

Ampas tebu merupakan bahan terbuang yang dapat diolah menjadi bahan yang bermanfaat seperti asam oksalat, dengan melebur selulosa yang terdapat didalamnya menggunakan natrium hidroksida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan limbah ampas tebu sehingga dihasilkan asam oksalat dan diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga tentang cara pembuatan asam oksalat dari ampas tebu dan juga dapat menanggulangi bahaya pencemaran akibat penumpukan dari ampas tebu tersebut. Metodologi percobaan pada penelitian ini adalah pada jumlah NaOH 30 gram dan lama pemanasan 75 menit dengan 15 gram ampas tebu. Untuk menguji asam oksalat yang dihasilkan dilakukan analisis kualitatif dengan menggunakan spektrofotometer infra merah dan untuk menentukan kadarnya dilakukan analisis kuantitatif dengan metoda titrasi permanganometri. Dari hasil penelitian didapatkan kadar asam oksalat 97,36 persen. Berdasarkan penelitian dan analisa data bahwa asam oksalat dapat disintesis dari limbah ampas tebu.