KENAPA AKU DIUJI ?
QURAN MENJAWAB :
Qs. Al-Ankabut : 2-3 "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
'Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi ?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
KENAPA AKU TAK MENDAPAT APA YG AKU INGINKAN ?
QURAN MENJAWAB :
Qs. Al-Baqarah : 216
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu.
Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui
KENAPA UJIAN SEBERAT INI ?
QURAN MENJAWAB :
Qs. Al-Baqarah : 286
"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
KENAPA FRUSTASI ?
QURAN MENJAWAB :
Qs. Al-Imran : 139
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang2 yg paling tinggi derajatnya, jika kamu orang2 yg beriman
BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA ?
QURAN MENJAWAB :
Qs. Al-Baqarah : 45
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sholat; dan sesungguhnya sholat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk"
Tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah semata.
APA YANG AKU DAPAT ?
QURAN MENJAWAB :
Qs. At-Taubah : 111
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang2 mu'min, diri, harta mereka dengan memberikan jannah utk mereka"
KEPADA SIAPA AKU BERHARAP ?
QURAN MENJAWAB :
Qs. At-Taubah : 129
"Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain dari-Nya.
Hanya kepada-Nya aku bertawakkal.
AKU TAK SANGGUP !!
QURAN MENJAWAB :
Qs. Yusuf : 12
"Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yg kafir.
Sabtu, 29 Desember 2012
Senin, 24 Desember 2012
Bab XIII Industri Gelas
Gelas merupakan alat yang menunjang kebutuhan
pangan manusia yang digunakan sebagai tempat minum.
Komponen utama dalam gelas adalah :
- Pasir
- Soda : NaO2 dalam soda abu
- Feldspar : untuk menurunkan titik leleh gelas
- Borak : menurunkan koefisien expansi dan
meningkatkan ketahanan terhadap bahan kimia
- Cullet : Berupa pecahan gelas hasil produk gagal
untuk mencegah gelembung udara
Komponen sekunder dalam gelas adalah :
- Refining agent : menghilangkan gelembung gas pada
saat pelelehan bahan baku
- Penghilang warna yang digunakan mangan
dioksida, logam selenium, nikel oksida
- Pewarna : digunakan untuk membuat gelas khusus
sesuai dengan warna yang dikehendaki
- Opacifiers : bahan yang digunakan opacifier adalah
flourite
Sifat – sifat gelas yaitu :
- Gelas merupakan bahan yang dapat ditembus oleh
cahaya tampak dan sinar infra merah, tetapi tidak oleh sinar
ultraviolet.
- Gelas yang mengandung Pb tidak dapat dilewati oleh
sinar rontgen.
- Pemanasan akan menyebabkan pemuaian gelas yang besarnya sangat berbeda satu sama lain (tergantung koefisien pemuaian).
- Karena gelas bersifat rapuh, tegangan tersebut dapat menimbulkan retakan. Bahan
aditif khusus seperti boron oksida dapat membuat gelaskimia
lebih tahan terhadap bahan kimia dan perubahan temperatur.
- Gelas merupakan isolator listrik yang baik dan
penghantar panas yang buruk (terutama glasswool).
Bab XIII Industri Bahan Baku Pestisida
Bahan aktif adalah senyawa kimia yang
mempunyai efek pestisida, yakni efek meracuni atau efek biologi lainnya.
Misalnya sebagai penarik, pengusir dsb. Nama umum bahan aktif adalah CARBOFURAN.
Salah satunya adalah Atraktan yaitu zat kimia yang baunya dapat menyebabkan
serangga menjadi tertarik. Sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga
dan menangkapnya dengan perangkap.
Pestisida tersusun dari unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105
unsur. Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur. Unsur
atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen, oxigen, nitrogen,
phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari logam atau semi
logam adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan arsenic.
Ada beberapa jenis pembasmi hama , yaitu:
Insektisida: Pembasmi serangga.
Herbisida: Pembasmi tanaman pengganggu.
Fungisida: Pembasmi jamur.
Rodentisida: Pembasmi binatang pengerat.
Akarisida: Pembasmi tungau.
Bakterisida: Pembasmi bakteri.
Larvasida: Pembasmi larva
Bab XIII Industri Plastik
Penggunaan plastik di
berbagai bidang seperti di atas di dasarkan pada alasan bahwa bahan plastik
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan bahan lain antara lain, seperti tidak
mudah berkarat, kuat, tidak mudah pecah, ringan, dan elastis. Ada beberapa proses yang terjadi pada industri plastik, yaitu bahan
dasar biji plastik mengalami pemanasan, kemudian dikirim ke tempat pembentukan.
Pembentukan bisa dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
pencetakan, pengepresan, dan pembentukan dengan pemanasan atau dengan vakum.
Setelah mengalami pembentukan, selanjutnya dilakukan proses pendinginan. Proses
ini bertujuan agar plastik yang sudah terbentuk tidak mengalami
perubahan bentuk lagi.
Secara umum plastik dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Thermo Halus
1. Thermo Halus
Thermo halus adalah
plastik yang mempunyai sifat apabila dipanaskan ia akan menjadi halus. Jenis
plastik ini sering kita gunakan karena sifat plastik ini mudah dibentuk sesuai
keinginan kita.
2. Thermo Kasar
Thermo kasar adalah
plastik yamg mempunyai sifat apabila dipanaskan ia akan menjadi keras dan tidak
akan menjadi lunak. Jenis plastik ini sering digunakan pada industri-industri besar
dan juga digunakan pada pesawat ruang angkasa.
Selain pengelompokan
plastik seperti di atas, plastik secara komersial dikenal dengan berbagai macam
nama. Penamaan ini dibuat berdasarkan bahan penyusunnya. Jenis-jenis
plastik tersebut adalah :
a. Polyetheen (PE).
b. Poly Vinyl Chlorida (PVC).
c. Poly Propylen (PP)
d. Poly Methil Meth Acrylaat (PMMA)
e. Acrylonitrit butadieen Styreen (ABS).
f. Poly Amide (PA).
g. Polyester (Cairan pengeras dan perapat).
h. Poly Ethen Three (PET).
b. Poly Vinyl Chlorida (PVC).
c. Poly Propylen (PP)
d. Poly Methil Meth Acrylaat (PMMA)
e. Acrylonitrit butadieen Styreen (ABS).
f. Poly Amide (PA).
g. Polyester (Cairan pengeras dan perapat).
h. Poly Ethen Three (PET).
Bab XIII Industri Kulit
Industri penyamatan kulit adalah industri yang
mengolah kulit mentah(hides atau skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak
(leather) dengan menggunakan bahan penyamak. Pada proses penyamakan, semua
bagian kulit mentah yang bukan colagen saja yang dapat mengadakan reaksi dengan
zat penyamak. Kulit
jadi sangat berbeda dengan kulit mentah dalam sifat organoleptis, fisis, maupun
kimiawi.
Dalam
Industri penyamatan kulit, ada tiga pokok tahapan penyamatan kulit,yaitu:
1.
Proses Pengerjaan
basah. (beam house).
2.
Proses Penyamakan
(tanning).
3.
Penyelesaian akhir
(Finishing).
Masing- masing
tahapan ini terdiri dari beberapa macam proses, setiap proses memerlukan
tambahan bahan kimia dan pada umumnya memerlukan banyak air, tergantung jenis
kulit mentah yang digunakan serta jenis kulit jadi yang dikehendaki.
Bab XIII Industri Karet
Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam
yaitu dari getah pohon karet (atau dikenal dengan istilah latex), maupun
produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet dilukai, maka getah yang
dihasilkan akan jauh lebih banyak. Sumber utama getah karet adalah pohon karet
Para Hevea Brasiliensis (Euphorbiaceae). Saat ini Asia menjadi sumber karet
alami. Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah
berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet di Asia Tenggara berkat jasa dari Henry Wickham.
saat ini, negara-negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang
terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia. Karet telah
digunakan sejak lama untuk berbagai macam keperluan antara lain bola karet,
penghapus pensil, baju tahan air, dll.
Pada waktu pendudukan Jepang di Asia Tenggara
dalam perang dunia kedua, persediaan karet alam di negara sekutu menjadi kritis
dan diperkirakan akan habis dalam beberapa bulan. Pemerintah Amerika
mendorong penelitian dan produksi untuk menghasilkan karet sintetik untuk
memenuhi kebutuhan yang mendesak. Usaha besar ini membuahkan hasil dalam waktu
singkat dan terus berkembang sesudah
berakhirnya perang dunia kedua, 1/3 karet yang dikonsumsi dunia adalah karet
sintetik. Karet sintetik cukup mendominasi industri karet, tetapi pemakaian karet alam pun masih sangat
penting saat ini antara lain industri militer dan otomotif. Pada tahun 1983, hampir 4 juta ton karet alam
dikonsumsi oleh dunia, tetapi karet sintetik yang digunakan sudah melebihi 8
juta ton.
Bab XIII Industri Keramik
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat
yang telah mengalami proses pembakaran. Umumnya
senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan
elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay,
kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal,
komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga
tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum
strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas.
Kurangnya beberapa elektron bebas keramik
membuat sebagian besar bahan keramik secara kelistrikan bukan merupakan
konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang jelek. Di samping itu keramik
mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik secara umum mempunyai kekuatan
tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya.
Bab XIII Industri Semen
Semen (cement) adalah
hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapur/gamping sebagai bahan utama
dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa
padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang
mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Bila semen dicampurkan
dengan air, maka terbentuklah beton. Beton nama asingnya, concrete-diambil dari
gabungan prefiks bahasa Latin 87com, yang artinya bersama-sama, dan crescere (tumbuh), yang maksudnya kekuatan
yang tumbuh karena adanya campuran zat tertentu.
Batu kapur/gamping
adalah bahan alam yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah
liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa: silika oksida (SiO2), aluminium
oksida (Al2O3), besi oksida (Fe2O3) dan magnesium oksida (MgO). Untuk
menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk
membentuk clinkernya, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil
akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40
kg atau 50 kg.
Bab XIII Industri Kertas dan Pulp
Pertumbuhan
industri pulp dan kertas di Indonesia sungguh menakjubkan. Kapasitas produksi
industri kertas pada tahun 1987 sebesar 980.000 ton, kemudian tahun 1997
meningkat tajam menjadi 7.232.800 ton. Bila memperhitungkan rencana perluasan
dan investasi baru pada tahun 1998-2005 maka kapasitas produksi industri kertas
sampai dengan akhir tahun 2005 dapat bertambah menjadi 13.696.170 ton (APKI
Direktori, 1997).
Demikian
juga halnya dengan industri pulp. Pada tahun 1987 kapasitas produksi industri
pulp baru mencapai 515.000 ton, kemudian tahun 1997 meningkat menjadi 3.905.600
ton. Sementara itu, pada tahun 1998-1999 telah direncanakan penambahan
kapasitas produksi sebesar 1.390.000 ton. Dengan demikian, pada akhir tahun
1999 total kapasitas produksi industri pulp dapat mencapai 5.295.600 ton.
Penambahan kapasitas produksi oleh industri pulp yang sudah ada dan adanya
rencana investasi baru pada tahun 2000 - 2005 akan menambah kapasitas produksi
industri pulp pada akhir tahun 2005 menjadi total 12.745.600 ton.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa peran industri pulp dan kertas bagi perekonomian
Indonesia sangat strategis, pengusahanya mendapatkan keuntungan besar. Dengan
tidak mengimpor pulp dan kertas tentu akan menghemat cadangan devisa yang
belakangan ini surut akibat krisis ekonomi. Selain itu, industri pulp mampu menciptakan
lapangan kerja baru. Namun demikian, apakah arti semuanya itu bila kehidupan
kita terancam akibat semakin rusaknya hutan alam Indonesia? Apakah berbagai
kerugian yang terjadi (biaya lingkungan dan biaya sosial yang timbul) dapat
dibayar dengan keuntungan yang diperoleh? Penulis merekomendasikan kepada
pemerintah agar pabrik pulp dan kertas hanya diijinkan beroperasi bila sudah
ada kepastian sumber bahan baku kayu pulp yang berasal dari Hutan tanaman. Oleh
karena itu, keberhasilan pembangunan HTI harus diwujud-nyatakan. Pasokan bahan
baku kayu untuk industri pulp dari hutan alam (kayu IPK) harus segera
dihentikan. Untuk industri pulp yang telah beroperasi bahan bakunya harus
diimpor (misalnya dari Australia atau New Zealand), sampai panen HTI-pulp mencukupi.
Dengan demikian, ancaman kerusakan hutan alam Indonesia dapat dikurangi [TM
Juni 2000].
Bab XIII Industri Bahan Peledak
Bahan peledak
(explosives) adalah bahan/zat yang berbentuk cair, padat, gas atau campurannya
yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan, gesekan akan berubah
secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang lebih stabil, yang sebahagian besar atau
seluruhnya berbentuk gas dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang
amat singkat, disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi.
Berdasarkan komposisi
kimia, bahan peledak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Senyawa tunggal
terdiri dari satu macam senyawa saja yang sudah merupakan
bahan peledak.
Senyawa tunggal ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
(1) Senyawa
an-organik misalnya : PbN6, Amonium nitrat.
(2) Senyawa organik misalnya
: Nitrogliserin, Trinitrotoluena dan lain-lain.
b) Campuran yang
merupakan penggabungan dari berbagai macam senyawa
tunggal. Misalnya :
dinamit, black powder, ANFO, dan lain-lain
Ledakan merupakan
reaksi kimia yang merambat dari satu titik ke titik lain
dalam massa bahan
peledak tersebut. Berdasarkan kecepatan rambat tersebut
bahan peledak dibagi
menjadi :
a) Bahan peledak
rendah (Low explosives). Bahan peledak yang kecepatan
rambat reaksinya
rendah (umumnya dibawah 1.000 m/detik) bahan
peledak rendah
umumnya digunakan sebagai bahan pendorong atau
propelan. Misalnya :
black powder (sumbu api), propelan (single base,
double base).
b) Bahan peledak
tinggi (High Explosives) yang terdiri dari :
(1) Bahan peledak non initial
(2) Bahan peledak penghantar
(3) Bahan peledak penghancur
(4) Bahan peledak initial. Misalnya: Mercury
fuminate, Tetrazene, Diazodiaminophenol
Bab XIII Industri Bahan Pewarna dan Pencelup
Bahan pewarna secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu benda berwarna yang
memiliki afinitas kimia terhadap
benda yang diwarnainya. Bahan pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan
larut di air. Pada berbagai situasi, proses pewarnaan menggunakan mordant untuk
meningkatkan kemampuan menempel bahan pewarna. Bahan pewarna dan pigmen terlihat
berwarna karena mereka menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya. Berlawanan
dengan bahan pewarna, pigmen pada umumnya tidak dapat larut, dan tidak memiliki
afinitas terhadap substrat. Sumber utama bahan pewarna adalah tumbuhan,
khususnya akar-akaran, beri-berian, kulit kayu, daun, dan kayu. Sebagian dari
pewarna ini digunakan dalam skala komersil.
Pewarna alami adalah zat
warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari
sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah digunakan sejak dulu dan umumnya
dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis. Dalam daftar FDA pewarna alami
dan pewarna identik alami tergolong dalam ”uncertified color additives”
karena tidak memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi.
Pewarna sintetik secara cepat menggantikan
peran dari pewarna alami sebagai bahan pewarna. Hal ini disebabkan karena biaya
produksinya yang lebih murah, jenis warna yang lebih banyak, lebih stabil, dan
kemampuan pewarnaan yang lebih baik.
Pencelupan merupakan suatu upaya dalam meningkatkan
nilai komersil dari barang. Nilai komersil ini menyangkut nilai indra seperti
warna, pola dan mode, dan nilai-nilai guna yang tergantung dari apakah produk
akhir dipakai untuk pakaian, barang-barang rumah tangga atau penggunaan lain.
Lagi pula, nilai-nilai guna sebagai pakaian tergantung pada tingkatan yang
dikehendaki dari sifat-sifat penyesuaian seperti misalnya sifat-sifat
pemakaian, sifat-sifat pengolahan, sifat-sifat perombakan dan sifat-sifat
sebagai cadangan. Nilai-nilai ini dapat diberikan dengan cara yang beraneka
ragam oleh macam -macam bahan, seperti serat kapas, benang, kain tenun, dan
kain rajut, bermacam-macam cara proses, termasuk pencelupan.
Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada
bahan secara merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum
pencelupan dilakukan maka harus dipilih zat warna yang sesuai dengan serat.
Pencelupan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik dengan menggunakan
alat-alat tertentu pula.
Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau
mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan
kedalam larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat.
Penyerapan zat warna kedalam serat merupakan suatu reaksi eksotermik dan reaksi
kesetimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya garam, asam, alkali atau lainnya
ditambahkan kedalam larutan celup dan kemudian pencelupan diteruskan hingga
diperoleh warna yang dikehendaki.
Bab XIII Industri Agrokimia
Agrokimia
merupakan Industri yang bergerak di bidang pertanian meliputi : pupuk,
pestisida, dan plestisida. Dengan mengacu kepada arah kebijakan industri dan
berdasarkan pada karakteristik dan ciri sub sektor Industri Agro dan Kimia,
serta peranannya dalam struktur industri dan ekonomi Indonesia pada umunya,
maka pembangunan Industri Agro dan Kimia dilaksanakan dengan visi yaitu:
"Mewujudkan
Industri Agro dan Kimia (AGROKIM) yang berdaya saing dan bernilai tambah
tinggi, struktur yang kuat, berbasis SDA lokal, didukung oleh SDM dan teknologi
yang handal, berwawasan lingkungan serta mampu meningkatkan ketahanan pangan
dan kesejahteraan rakyat."
Sesuai
dengan visi yang diemban, maka misi pengembangan industri Agro dan Kimia
adalah:
a) Meningkatkan nilai tambah sumber daya alam nasional.
b) Meningkatkan pemerataan pembangunan nasional,
kesempatan kerja dan berusaha.
c) Meningkatkan ekspor.
d) Menunjang pangan
melalui penyediaan pangan olahan dan saprodi yang tepat dan cukup.
e) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan
penguasaan teknologi dalam rangka mengantisipasi persaingan global.
Berdasarkan
Peraturan RI No. 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I
Kementerian Negara RI, Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang industri agro dan kimia.
Bab XIII Industri Oleokimia
Oleokimia merupakan
bahan kimia yang berasal dari minyak/lemak alami, baik tumbuhan maupun
hewani. Pada saat ini, permintaan akan produk oleokimia semakin meningkat. Hal ini disebabkan produk oleokimia mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan produk petrokimia, seperti harga, sumber yang dapatdiperbaharui,
dan produk yang ramah lingkungan. Pada saat ini industri oleokimiamasih
berbasis kepada minyak/trigliserida sebagai bahan bakunya. Hal ini
terjadikarena secara umum para pengusaha masih ragu untuk terjun secara
langsung ke industri oleokimia. Masih sangat jarang dijumpai sebuah industri yang
mengolah bahan baku langsung menjadi
bahan kimia tanpa melalui trigliserida.
Selama
ini asam lemak dari kelapa sawit selalu diolah dari
minyak/trigliserida. Padahal darisegi teknik dan ekonomi akan lebih efisien
untuk mengolah secara langsung buahsawit
menjadi asam lemak melalui pengaktifan enzim lipase yang terkandung pada
buah sawit. Hal ini juga bisa ditemukan pada bahan baku nabati lainnya(Samardi
2009).Oleokimia terdiri atas asam lemak,
meliester lemak, alkohol lemak, aminalemak, dan gliserol. Produk-produk
turunannya berupa sabun batangan, detergen,sampo,
pelembut, kosmetik, bahan tambahan untuk industri plastik, karet, dan pelumas.
Dalam perdagangan dikenal dua jenis oleokimia, yaitu oleokimia alamidan
oleokimia buatan. Oleokimia alami diperoleh dari minyak nabati atau
minyak hewani sedangkan oleokimia dapat diperoleh dari minyak bumi
(petrokimia), seperti propilena (Andreson 1999).
Bab XIII Industri Pengolahan Logam
Proses pembuatan
logam adalah bidang ilmu keteknikan yang membahas tentang proses pengolahan
mineral (termasuk pengolahan batubara), proses ekstraksi besi dan pembuatan paduan, hubungan perilaku sifat
mekanik logam dengan strukturnya, proses penguatan logam serta
fenomena-fenomena kegagalan dan degradasi logam atau juga disebut teknik
metalurgi. Teknik Metalurgi begitu luas, dimulai dari pengolahan mineral
(mineral dressing), ekstraksi logam dan pemurniannya, perekayasaan sifat fisik
logam (physical metallurgy), proses produksi logam (mekanichal metallurgy), teknologi
perancangan dan pengoperasian sistem-sistem metalurgi hingga fenomena kegagalan
struktur logam akibat beban mekanik dan degradasi logam akibat berinteraksi
dengan lingkungannya termasuk pengendaliannya, serta teknologi daur ulang. Teknik Material adalah mengenai teknik proses atau
fabrikasi (pengecoran, pengerolan, pengelasan, dan lain-lain), teknik analisa,
kalorimetri, mikroskopi optik dan elektron, dan lain-lain), serta analisa biaya
atau keuntungan dalam produksi material untuk industri.
Proses pembuatan logam merupakan penekanan pada logam
dengan mempunyai daya tekan yang tinggi sehingga dapat dikatakan penempaan
merupakan proses penumbukan pada benda kerja sehingga membentuk suatu
benda,karena penempaan merupakan proses merapatan bulir atau seratpada bahan
baku maka proses penempaan mempunyai kekuatan untuk ratio berat sehingga sangat
baik untuk digunakan sebagai komponen-komponen pesawat angkat.Pada proses
pengecoran juga dapat dikatakan sebagai penempaan karena pembentukan logam cair
tersebut dibentuk dalam cetakan dan cetakan tersebut mendapatkan tekanan atau
tempaan dari luar.
Meskipun proses
pembuatan logam terdapat berbagai masalah dalam prosesnya akan tetapi dapat
diatasi dengan berbagi cara, yakni manaikkan temperature tempa,dan menaikan
tekanan tempa.
Bab XIII Industri Petrokimia
Produk petrokimia merupakan produk lanjut dari hasil
pengolahan minyak dan gas pengolahan minyak dan gas bumi guna memperoleh nilai
bumi guna memperoleh nilai tambah yang lebih besar. Produk petrokimia yang
dihasilkan dari hasil pengolahan minyak bumi berupa naptha, dan kondensat adalah
produk aromatik (benzene, toluene dan xylene) dan produk olefin (ethylene,
propylene dan butadiene) yang merupakan bahan baku untuk industri sandang,
karet, sintetis, plastik, dll. Contoh produk-produk industri petrokimia hulu
antara lain Methanol, Ethylene, Propylene, Butadine, Benzene, Toluene, Xylenes,
Fuel Coproducts, Pyrolisis Gasoline, Pyrolisis Fuel Oil, Raffinate dan Mixed
C4.
Bahan – Produk petrokimia adalah segala bahan atau
produk kimia yang dibuat/dihasilkan secara sistetik dari bahan baku migas atau
kom g pponenkomponennya/fraksi-fraksi, seperti: pakaian, produk kosmetik dan
parfum yang kita kenakan sehari-hari. Kantong-kantong plastik, botol-botol
plastik dan barang-barang plastik lainnya yang sering kita gunakan sehari-hari.
Jendela pesawat terbang, payung penerjun, interior dan cat dinding, lapisan teflon
pada penggorengan, Sikat rambut, Sikat gigi, “container”, “fiber glass”, clan
loin-lain yang sering kita pakai sehari-hari. Bahan – Produk Polimer adalah
segala bahan atau produk kimia baik yang terbentuk secara proses alamiah di
alam (yaitu yang disebut polimer alamiah atau polimer buatan alam) maupun yang
terbentuk secara sintetik.
Bab XIII Industri Pengolahan Minyak Bumi
Minyak bumi bukan merupakan senyawa homogen, tapi merupakan campuran dari berbagai jenis senyawa hidrokarbon dengan perbedaan sifatnya masing-masing, baik sifat fisika maupun sifat kimia.Proses pengolahan minyak bumi sendiri terdiri dari dua jenis proses utama,yaitu Proses Primer dan Proses Sekunder. Sebagian orang mendefinisikan Proses Primer sebagai proses fisika, sedangkan Proses Sekunder adalah proses kimia. Hal itu bisa dimengerti karena pada proses primer biasanya komponen atau fraksi minyak bumi dipisahkan berdasarkan salah satu sifat fisikanya, yaitu titik didih. Sementara pemisahan dengan cara Proses Sekunder bekerja berdasarkan sifat kimia kimia, seperti perengkahan atau pemecahan maupun konversi, dimana didalamnya terjadi proses perubahan struktur kimia minyak bumi tersebut
Bab XIII Industri Kimia Dasar
Industri kimia dasar yaitu
industri proses kimia yang menghasilkan produk zat kimia dasar, seperti Asam
Sulfat dan Ammonia. Industri
adalah suatu kelompok usaha yang menghasilkan produk yang serupa atau sejenis.
Sedangkan produk adalah barang atau jasa yang ditawarkan oleh suatu usaha. Industri
proses kimia adalah industri yang mengolah bahan baku / bahan mentah menjadi
suatu hasil / produk dengan memanfaatkan proses-proses kimia. Proses-proses
kimia yang dilakukan dalam industri proses kimia adalah reaksi kimia dan
peristiwa kimia fisik.
Peristiwa kimia fisik antara lain :
a) Pencampuran molekuler bahan-bahan dengan
rumus dan struktur molekul yang berlainan.
b) Pengubahan fase, antara lain : penguapan, pengembunan,
pengkristalan
c) Pemisahan campuran menjadi zat-zat
penyusunnya yang lebih murni
Yang
merupakan kelompok utama dari industri adalah :
- Industri budidaya: Merupakan industri
yang mengolah sumber daya alam yang dapat terbarukan, antara lain meliputi
pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan
- Industri ekstraktif: Merupakan industri
yang mengolah sumber daya alam yang tak terbarukan, antara lain meliputi
pertambangan mineral logam, non logam, batu bara, minyak bumi dan gas.
- Industri fabrikasi: Merupakan industri
yang menghasilkan produk dengan mengolah dan memprosesnya dalam suatu
sarana fisik atau bengkel. Yang termasuk dengan industri fabrikasi adalah
industri manufaktur dan industri proses kimia.
- Industri agrokimia:
yaitu industri yang memproduksi aneka pupuk dan bahan kimia untuk budidaya
pertanian, seperti pestisida, urea,
ammonium sulfat.
- Industri makanan
dan minuman, seperti : susu, gula, garam.
- Industri bahan
pewarna dan pencelup.
- Industri bahan
peledak
- Industri pulp
dan kertas Industri semen dan keramik Industri karet, kulit dan plastik
Minggu, 23 Desember 2012
Jurnal 13 Rekayasa Alat Uji Kadar NaCl dalam Garam
Pengarang : Sumarsono, Slamet; Prasetya; Budi Nur; Sri Wahyuningsih; Suyono, T.Susdawanita; Waluyo
Alat uji kadar natium klorida dalam garam diperlukan oleh industri garam karena hasilnya dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas garam. Alat ini tidak mudah didapatkan. Sebaliknya, komponen elektronik yang dimungkinkan dapat dirangkai menjadi alat semacam itu mudah diperoleh di pasaran. Telah dicoba membuat alat uji kadar natium klorida dalam garam dengan penunjukan digital yang menggunakan pengalih kawat emas. Daya hantar listriknya dapat mempengaruhi tekanan yang diberikan. Tegangan tersebut diolah dengan penguat operasional XRI458. Sebagai konvertor analog-digital sekaligus pengemudi tujuh segmen digunakan rangkaian terpadu ICL71O7. Alat uji yang dihasilkan mempunyai rentang pengukuran 100 30 persen NaCl dengan koreksi minus 8.5: simpangan rata-rata sebesar 0.15 persen dan rentang pengukuran 30 5 persen NaCl dengan koreksi minus 1.5: simpangan rata-rata sebesar 0.08 persen. Pada standardisasi dengan larutan 100 persen - 80 persen dengan jarak 2 persen mempunyai simpangan rata-rata sebesar O.16 persen. Hasil uji coba terhadap contoh garam dan dibandingkan dengan cara argentometri mempunyai perbedaan hasil ukur rata-rata sebesar 0.7 persen.
Jurnal 12 Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Sebagai Bahan Pembuatan Asam Oksalat
Pengarang : Yenti, Silvia Reni
Ampas tebu merupakan bahan terbuang yang dapat diolah menjadi bahan yang bermanfaat seperti asam oksalat, dengan melebur selulosa yang terdapat didalamnya menggunakan natrium hidroksida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan limbah ampas tebu sehingga dihasilkan asam oksalat dan diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga tentang cara pembuatan asam oksalat dari ampas tebu dan juga dapat menanggulangi bahaya pencemaran akibat penumpukan dari ampas tebu tersebut. Metodologi percobaan pada penelitian ini adalah pada jumlah NaOH 30 gram dan lama pemanasan 75 menit dengan 15 gram ampas tebu. Untuk menguji asam oksalat yang dihasilkan dilakukan analisis kualitatif dengan menggunakan spektrofotometer infra merah dan untuk menentukan kadarnya dilakukan analisis kuantitatif dengan metoda titrasi permanganometri. Dari hasil penelitian didapatkan kadar asam oksalat 97,36 persen. Berdasarkan penelitian dan analisa data bahwa asam oksalat dapat disintesis dari limbah ampas tebu.
Langganan:
Postingan (Atom)