Welcome To My Blog :)

Sabtu, 25 Mei 2013

Jurnal 29 HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITARNYA DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA JERANGLAH KECAMATAN KAYU KUNYIT KABUPATEN BENGKULU SELATAN


Oleh: E L V I   H A Y A N I

Malaria masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Kejadian malaria disebabkan adanya kontak manusia dengan nyamuk malaria dan didukung oleh kondisi perumahan dan lingkungan yang kurang baik. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan risiko kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah dengan kejadian malaria di Desa Jeranglah Kecamatan Kabupaten Bengkulu Selatan.
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk survei lapangan yang bersifat observasional dengan pendekatancase control. Variabel-variabel bebas adalah kondisi fisik rumah antara lain : ventilasi, langit-langit, dinding. Kondisi lingkungan sekitar rumah antara lain: semak-semak, parit atau selokan, dan kandang ternak. Dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah menunjukkan adanya hubungan yang bermakna terhadap kejadian malaria maka disarankan adanya penyuluhan bagi masyarakat serta perbaikan dan kebersihan pada kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah.

Jurnal 28 PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN LAUT BERHUBUNGAN DENGAN EKOLOGI


Oleh : Andika Rahman

Pentingnya laut bagi system pendukung kehidupan memerlukan pemahaman ekologi yang baik. Lautan memainkan peranan kunci dalam siklus biogeokimia, demikian juga dalam pemeliharaan biosfer.Ancaman terhadap lingkungan laut makin meningkat, karena laut merupakan tempat pembuangan akhir banyak limbah manusia, yang dicapainya melalui berbagai rute transfor. Ciri fungsional ekosistem ialah bahwa makanan dipertimbangkan dalam istilah energi, sumber primernya adalah cahaya matahari dan fotosintesis tumbuhan. Jadi tumbuhan membentuk jenjang trofik pertama dan hewan herbivora kedua, jenjang trofik ketiga dan yang lebih tinggi terdiri atas karnivora.

Jurnal 27 MENURUNNYA KUALITAS AIR AKIBAT KERUSAKAN LINGKUNGAN

Oleh : Susi Efrianti


Di zaman sekarang, air menjadi masalah yang memerlukan perhatian serius. Untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar terntentu sudah cukup sulit untuk di dapatkan. Hal ini dikarenakan air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga menyebabkan kualitas air menurun, begitupun dengan kuantitasnya.
Makalah ini bertujuan untuk membahas mengenai pencemaran air yang makin marak terjadi. Di dalam makalah ini juga akan dibahas sumber, dampak dan penanggulangan pencemaran air. Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai dampak pencemaran air beserta cara penanggulangannya, maka akan timbul kesadaran pada diri kita semua. Pada akhirnya pencemaran dapat dikurangi dan akan didapat sumber air yang aman untuk kita konsumsi.
Data yang dikumpulkan dalam penulisan karya tulis ini adalah dengan menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari beberapa literature ilmiah. Secara umum, sumber-sumber pencemaran air adalah limbah industri (bahan kimia baik cair ataupun padatan, sisa-sisa bahan bakar, tumpahan minyak dan oli, kebocoran pipa-pipa minyak tanah yang ditimbun dalam tanah), .  pengungangan lahan hijau/hutan akibat perumahan, bangunan, limbah pertanian (pembakaran lahan, pestisida), limbah pengolahan kayu, penggunakan bom oleh nelayan dalam mencari ikan di laut, rumah tangga (limbah cair, seperti sisa mandi, MCK, sampah padatan seperti plastik, gelas, kaleng, batu batere, sampah cair seperti detergen dan sampah organik, seperti sisa-sisa makanan dan sayuran).
Usaha-usaha yang dapat dilakukan  menjaga air agar tetap bersih diantaranya : menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau pemukiman,  pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencermari lingkungan atau ekosistem,  pengawasan terhadap penggunaan jenis–jenis pestisida dan zat–zat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran, memperluas gerakan penghijauan, tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan, memberikan kesadaran terhadap masyaratkat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih lebih mencintai lingkungan hidupnya, melakukan intensifikasi pertanian.

Jurnal 26 HUBUNGAN EKOLOGIS DAN BIOLOGIS YANG TERJADI ANTARA MANGROVE, LAMUN, DAN TERUMBU KARANG

Oleh : Rahardian Harry

Ekosistem mangrove, terumbu karang, dan lamun mempunyai keterkaitan ekologis (hubungan fungsional), baik dalam nutrisi terlarut, sifat fisik air, partikel organik, maupun migrasi satwa, dan dampak kegitan manusia. Oleh karena itu apabila salah satu ekosistem tersebut terganggu, maka ekosistem yang lain juga ikut terganggu. Yang jelas interaksi yang harmonis antara ketiga ekosistem ini harus dipertahankan agar tercipta sebentuk sinergi keseimbangan lingkungan. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif dengan produktivitas primernya yang sangat tinggi daripada ekosistem lainnya di perairan. Hutan mangrove mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting yaitu sebagai salah satu penyerap karbondioksida di udara. Peningkatan kandungan karbondioksida di udara dapat menyebabkan dampak pemanasan global. Jika terjadi pemanasan global oleh penebangan hutan mangrove besar-besaran maka ini akan berpengaruh terhadap ekosistem terumbu karang dan lamun. Misalnya zooxanthela pada terumbu karang akan keluar dari karang akibat meningkatnya suhu perairan. Karang yang membutuhkan zooxanthela dalam memproduksi zat-zat penting bagi pertumbuhannya akan mati sehingga terjadi pemutihan karang.

Jurnal 25 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR YANG TERPADU DAN BERKELANJUTAN

Oleh : Agus Riyadi

 Indonesia merupakan salah satu negara tropika basah di dunia, krisis air sering melanda kawasan ini. Di beberapa daerah di Indonesia sering ditemukan kelangkaan air bersih, sehingga masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhannya. Dalam hal sumberdaya air, krisis yang dialami Indonesia menyangkut aspek penyediaan dan aspek pengelolaan. Dalam hal penyediaan, masalah yang timbul mencakup aspek kuantitas dan kualitas. Secara spasial, permasalahan air dapat digolongkan pada dua wilayah, yakni perkotaan, dan pedesaan. Di Perkotaan belum semua anggota masyarakat mendapat akses air bersih secara sehat. Di kota-kota besar, banyak masyarakat di wilayah kumuh memanfaatkan bantaran sungai untuk MCK dan air minum.Penyediaan air bersih melalui institusi/perusahaan yang terkait, misalnya PDAM, masih belum mecukupi. Sebagai gambaran, PDAM DKI Jaya pernah menyatakan 62% warga telah terlayani. Namun data itu diragukan kalangan DPRD. Pelayanan air dari PDAM, misalnya, tidak selalu memenuhi persyaratan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas, yaitu sering tidak memenuhi baku mutu lingkungan untuk air minum. Kualitas air bersih yang diterima warga tidak murni bersih, banyak kotoran, bahkan ada indikasi terkontaminasi pencemaran dari sejumlah limbah pabrik. Masyarakat juga menyesalkan suplai air dari PDAM Jaya yang tidak pernah normal seperti volume air yang sedikit, sering mati, dan debit air yang buruk. Kurangnya penyediaan air minum oleh PDAM berimplikasi pada penggunaan air tanah secara tidak terkendali, baik oleh masyarakat, maupun terutama oleh industri dan hotel-hotel. Akibat selanjutnya, terjadi penurunan tanah karena air tanah tersedot. Penggunaan air tanah telah pula menyebabkan intrusi air laut yang semakin masuk jauh ke arah daratan. Beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta, Semarang, dan Denpasar terancam intrusi air laut akibat eskploitasi air bawah tanah yang tidak terkendali.

Jurnal 24 EFEK PEMBUKAAN KEBUN KOPI RAKYAT DI LAHAN BERLERENG DI KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR PROVINSI BENGKULU TERHADAP BAHAYA DEGRADASI LAHAN

Oleh : Ivan Roy


Kerusakan tanah adalah  proses atau fenomena penurunan kapasitas tanah dalam mendukung kehidupan dengan hilangnya  atau menurunnya fungsi tanah, baik fungsinya sebagai sumber unsur hara tumbuhan maupun maupun fungsinya sebagai matrik tempat akar tumbuhan berjangkar dan tempat air tersimpan. Proses  kerusakan tanah sebagai proses atau fenomena penurunan kemampuan tanah dalam mendukung kehidupan pada saat ini atau pada saat yang akan datang yang disebabkan oleh ulah manusia.
Faktor penyebab degradasi disebabkan oleh 2 faktor utama yakni ulah manusia dan kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan ini termasuk tipe kelerengan lahan, semakin tinggi kelerengan lahan maka tingkat degredasi lahan semakin besar. Pembukaan kebun kopi pada lahan berlereng dengan tanpa pengolahan lingkungan yang berkelanjutan seperti kebun tanpa naungan ataupun tanaman pelindung memberi dampak posistif penurunan produktivitas lahan, produktifitas tanaman dan pendapatan petan.
Secara geografis penutupan vegetasi lahan bahwa kecamatan Nasal memiliki 65,03 % areal semak belukar dan perkebunan  lahan terbuka sedangkan  tingkat kemiringan bergelombang berbukit  sampai bergunung mencapai 95,95 % . Dilokasi ini aktifitas masyarakat sangat aktif dengan  budidaya pertanian dengan tanaman keras dimungkinkan bahwa efek degradasi lahan tersebut  sangat besar tejadi.
Ditinjau dari segi lingkungan, perkebunan pola agroforestry/hutan rakyat merupakan salah satu bentuk untuk pengendalian atau rehabilitasi kerusakan lahan dimana keragaman hayati didalam lahan akan bertindak sebagai penghadang fisik antara air hujan dan permukaan tanah, sehingga air hujan yang jatuh menetes secara perlahan, tidak menghempas permukaan tanah sehingga run off dan erosi dapat diperkecil.

Jurnal 23 UPAYA MENGEMBALIKAN EKOSISTEM MANGROVE YANG SUDAH RUSAK KEMBALI SEPERTI ASLI (RESTORASI) AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA

Oleh : Andreani Kinata

Hutan mangrove adalah hutan yang berada di pantai, sedangkan ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau. Ekosistem mangrove memberikan keuntungan di bidang ekologi dan ekonomi, secara fisik pun mangrove sangat berperan sebagai penahan terpaan ombak di pantai. Namun luas hutan mangrove semakin hari semakin berkurang akibat aktivitas manusia, seperti kegiatan penambakan, penebangan pohon mangrove. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menjelaskan bahwa ekosistem mangrove sangat berperan penting bagi keseimbangan alam. Namun luas ekosistem mangrove semakin hari semakin menurun, untuk itu sangat diperlukan usaha mengembalikan ekosistem mangrove seperti semula. Dalam melakukan restorasi, peran masyarakat merupakan pokok utama dalam keberhasilan restorasi. Selain kegiatan restorasi, lahan basah dinyatakan efektif dalam mengatasi pencemaran logam berat (Pb dan Cu), begitupun dengan spesies Avicennia marina danRhizopora sp. juga memiliki kemampuan serap logam yang tinggi.

Jurnal 22 KAJIAN KARAKTERISTIK DAN DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN PETANI SEKITAR HUTAN

Oleh : Sasmadi

Pemanfaatan sumberdaya hutan perlu dilakukan dengan memperhatikan prinsip kelestarian. Pemanfaatan hutan dengan mengkonversinya menjadi kebun kopi akan menyebabkan fungsi hutan sebagai pencegah erosi menjadi berkurang. Apalagi jika konversi kawasan hutan ini dilakukan pada daerah hulu DAS, yang merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih dari 15%. DAS Air Bengkulu adalah salah satu DAS yang mengalami  tekanan akibat kepadatan penduduk. DAS Air Bengkulu mulai dibuka pada jaman kolonial Belanda yaitu pada tahun 1936, dan terus berlanjut baik melalui program transmigrasi umum maupun transmigrasi lokal. Akibat kedatangan penduduk secara bergelombang ini, pembukaan kawasan hutan dalam wilayah DAS Air Bengkulu semakin meluas. Etnis utama yang mendiami kawasan DAS Air Bengkulu adalah Rejang, Lembak, dan Jawa, yang ketiganya hidup berdampingan akan tetapi letak rumah masing – masing etnis berkumpul dan berdekatan antara sesama etnis. Proses interaksi antar etnis berlangsung lama dan memerlukan bantuan pihak ketiga untuk mempercepatnya.

Jurnal 21 MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DENGAN CARA PENGEMBANGAN SAPI POTONG DENGAN POLA KEMITRAAN

Oleh : Siti Pahlawati

Kemitraan merupakan salah satu tujuan dimana masyarakat dapat meningkatkan perekonomian dalam kehidupan dengan cara meminimalis modal dan dapat memperoleh untung yang lebih maksimal. kemitraan adalah suatu jalinan kerja sama berbagai pelaku agribisnis, mulai dari kegiatan praproduksi, produksi hingga pemasaran. Faktor pendorong pengembangan sapi potong adalah permintaan pasar terhadap daging sapi makin meningkat, ketersediaan tenaga kerja besar, adanya kebijakan pemerintah yang mendukung upaya pengembangan sapi potong, hijauan pakan dan limbah pertanian tersedia sepanjang tahun, dan usaha peternakan sapi lokal tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi global.

Jurnal 20 PENGOLAHAN LIMBAH KULIT KOPI DAN PEMANFAATANNYA YANG MENJADI NILAI TAMBAH DALAM KEHIDUPAN

Oleh : Arief Budiman

Tingginya hasil panen kopi di kabupaten Kepahiang berdampak pada banyaknya limbah kulit kopi yang dihasilkan pada proses pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi. Keterbatasan informasi dan sosialisasi serta kesadaran masyarakat dalam pengolahan dan pemanfaatan limbah yang dihasilkan oleh kulit kopi ini membawa pengaruh pada lingkungan. Yaitu menumpuknya limbah tersebut di sekitar pemukiman masyarakat dan tempat pengilingan kopi bubuk. Sebagian masyarakat menanggulangi penumpukan limbah tersebut dengan membakarnya begitu saja. Limbah tersebut seharusnya bisa menjadi nilai tambah pemanfaatannya dan penggunaannya. Secara sederhana bisa dijadikan sebagai pupuk alami pada tanaman kopi itu sendiri. Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai media tumbuh jamur pada baglog, sebagian diantaranya dimanfaatkan oleh pengrajin jamu tradisional sebagai bahan jamu. Berdasarkan hasil penelitian, pada limbah kulit kopi tersebut mengandung Lemak Kasar, Serat Kasar dan Protein Kasar. Sehingga jika dilakukan pengolahan lebih lanjut dengan teknik dan mekanisme tertentu bisa dijadikan nutrisi tambahan untuk pakan ternak. Selain itu limbah kulit kopi juga mengandung minyak kulit kopi yang dalam pengolahan lebih lanjutnya bisa menghasilkan bioetanol, yang bisa dijadikan sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM.

Jurnal 19 KONSENTRASI MINYAK CENGKEH (Eugenia aromatica) TERHADAP KELULUSAN HIDUP IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DALAM TRANSPORTASI TERTUTUP

Oleh : Indra Gunawan


Transportasi dan perdagangan bibit ikan dalam bentuk hidup menjadi pilihan yang tepat apabila kondisi optimalnya diketahui menjaga tingkat kelulusan hidup ikan. Salah satu cara untuk mendapatkan tingkat kelulusan hidup tinggi dengan membuat ikan pingsan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis minyak cengkeh (Eugenia aromatic) yang tepat pada anestesi ikan nila (Oreochromis niloticus). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) empat perlakuan yaitu dosis minyak cengkeh 0 ml/l air, 0,010ml/l air, 0,015ml/l air, dan 0,020ml/l air diulang enam kali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian minyak cengkeh sebagai bahan pembius berpengaruh terhadap kondisi klinis benih ikan selama proses pengangkutan. Pemberian minyak cengkeh sebagai bahan pembius berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat kelulusan dan kelangsungan hidup ikan nila dalam transportasi. Tingkat kelulusan hidup dan kelangsungan hidup tertinggi yaitu 88,518% pada dosis 0,015 ml/l. Tingkat kelulusan hidup dan kelangsungan hidup terendah yaitu 71,48% pada dosis 0,020 ml/l air atau 74,445% pada dosis 0 ml/l air.

Jurnal 18 ANALISIS DAMPAK PERKEBUNAN SAWIT TERHADAP DAERAH ALIRAN SUNGAI DI KABUPATEN KAUR

Oleh : Uxtie


Kabupaten Kaur adalah salah satu kabupaten yang menjadi target perluasan perkebunan sawit di Indonesia dengan target mencapai ratusan ribu hektar. Hal ini terbukti dengan telah dilakukannya kunjungan para pengusaha dari beberapa negara yakni Malaysia, Brunai Darusalam dan dari pengusaha ibu kota pada akhir tahun 2006 hingga awal tahun 2007 ini. Pemerintah kabupaten kaur menyambut baik rencana tersebut dengan telah dikeluarkannya izin prinsip kepada investor tersebut yang akan membuka kebun kelapa sawit dengan pola plasma dan inti. Akan tetapi, perkebunan kelapa sawit tersebut cenderung telah merambah ke hutan lindung, yang akan memicu kerusakan Daerah Aliran Sungai. Melihat kondisi tersebut, maka penyusun melakukan penelitian dengan judul analisis dampak perkebunan kelapa sawit terhadap Daerah aliran sungai di kabupaten kaur.
Permasalahan yang diteliti ialah dampak perkebunan kelapa sawit terhadap Daerah Aliran Sungai  di Kabupaten Kaur.
Penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh perkebunan sawit terhadap aliran permukaan dan erosi tanah di Daerah Aliran Sungai (DAS)  Kabupaten Kaur.

Jurnal 17 Konservasi Wilayah Pesisir


Kata kunci dari konservasi wilayah pesisir mencakup pemanfaatan, perlindungan, pelestarian, serta terjaminnya ekosistem yang berkesinambungan. Hal tersebut dilakukan karena sumberdaya pesisir baik flora, fauna, dan ekosistem memiliki kegunaan dan nilai  ekologis, ekonomis dan sosial yang penting.
Pada saat ini program/strategi konservasi wilayah pesisir menjadi agenda penting mengingat kerusakan sumberdaya pesisir akibat pencemaran yang berasal dari wilayah pesisir dan sekitarnya. Dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dapat membahayakan kelestarian ekosistem pesisir. Ekosistem pesisir yang rusak dapat mengganggu kehidupan dan penghidupan manusia, spesies lain dan lingkungannya. Fenomena kerusakan wilayah pesisir dapat dipantau baik melalui media cetak dan elektronik maupun dapat dilihat secara langsung di lapangan. Kerusakan wilayah pesisir bukan hanya oleh penduduk wilayah pesisir saja, tetapi juga oleh penduduk sekitarnya.
Ancaman utama pada keanekaragaman hayati di wilayah pesisir adalah terjadinya kerusakan lingkungan dan kepunahan habitat. Oleh karena itu, cara yang paling baik untuk melindungi keanekaragaman hayati yaitu dengan cara melakukan konservasi.

Jurnal 16 Rehabilitas Lahan Kritis Dengan Sistem Agroforestry

Oleh : Helen Tiorita

Meningkatnya lahan kritis merupakan kesatuan antara pemicu dengan kondisi biofisik, social budaya, ekonomi dan terkait dengan tanah sebagai factor utama. Lahan kritis sebagai salah satu kawasan yang luasannya cukup luas dan produktivitas lahan masih kurang dalam hal pengelolaannya. Kegiatan rehabilitasi lahan pada lahan kritis merupakan salah satu upaya peningkatan sumber daya alam yang ada untuk dapat dikembangkan dan dilestarikan. Rehabilitasi lahan kritis dengan system agroforestry adalah kombinasi dari suatu metode penanaman tanaman pertanian dengan kehutanan yang mana dalam hal pengelolaannya mengikutsertakan partisipasi masyarakat yang ada disekitarnya.

Jurnal 15 Pertumbuhan Varietas Padi Sawah Pada Berbagai Umur Pindah Tanam

Oleh : Rasiwan

Tanaman padi sawah dengan berbagai umur pindah tanam, yang menggunakan media tanam tanah sawah rawa pada kedalaman 20 cm dari permukaan tanah, kemudian dimasukkan kedalam pot dengan diameter 30 cm, setinggi 20 cm. Pertumbuhan tanaman padi tidak terjadi interaksi antara varietas dengan umur tanam. Respon ketiga varietas padi menunjukkan respon yang sama terhadap perlakuan umur tanam. Perbedaan umur pindah tanam (tabela 7hari, 14 hari dan 21 hari) pada variabel gabah isi dan presentase gabah isi tidak berpengaruh. Dapat disimpulkan bahwa umur pindah tanam tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan.

Jurnal 14 Adaptasi Petani Terhadap Iklim

Oleh : M. Arief Firdaus

Meningkatnya kadar CO2 di atmosfer akibat pembakaran bahan bakar fosil, pengrusakan dan alih fungsi  hutan, kegiatan pertanian, industri dan limbahnya telah meyebabkan pemanasan global. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling dipengaruhi oleh perubahan iklim dikarenakan sifatnya yang banyak dipengaruhi oleh kondisi iklim lingkungan yang ada disekitarnya. Bagi petani kondisi ini mempunyai arti semakin tingginya ancaman menurunnya hasil pertanian atau bahkan gagal panen yang pada akhirnya mengancam ketahanan pangan. Kemampuan petani di tingkat lapangan untuk beradaptasi dengan kondisi ini menjadi sangat penting untuk mengurangi resiko ancaman yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Autonomous adaptation merupakan bentuk adaptasi sektoral/individu yang dilakukan petani menghadapi perubahan iklim. Sedangkan planned adaptation bersifat multisekoral/menyeluruh dan terencana. Beberapa faktor yang berhubungan dengan praktek pertanian yang adaptif (baik autonomous maupun planned adaptation) terhadap perubahan iklim adalah pengetahuan petani terhadap adanya perubahan iklim khususnya suhu udara dan curah hujan, pengalaman mengalami bencana terkait perubahan iklim seperti banjir, kekeringan, sulitnya menentukan waktu tanam yang tepat, frekuensi pendampingan oleh tenaga tehnis, akses terhadap modal/input pertanian , akses dan pemanfaatan terhadap informasi klimatologi berhubungan dengan adopsi praktek pertanian yang adaptif, dan lokasi geografis.  Bentuk praktek pertanian adaptif yang dijumpai dalam telaah ini adalah memajukan waktu tanam berdasarkan informasi klimatologi, melakukan pemilihan jenis tanaman yang tepat sesuai perkiraan informasi klimatologi, pemanfaatan bibit unggul yang tolerant terhadap kondisi tertentu seperti kadar garam tinggi atau kondisi kering atau basah, rotasi dan diversifikasi tanaman, pertanian terintegrasi, pemanfaatan pupuk hayati, pemanfaatan biopeptisida, pengaturan sistim irigasi dan kegiatan penanaman pohon.

CPT PLI 53 Studi Kasus

Berkaitan dengan pencanangan revitalisasi pertanian dan pemenuhan target peningkatan produksi dua (2) juta ton beras oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada awal tahun 2007. Salah satu wacana yang kuat diangkat adalah mengenai penggunaan benih padi hibrida, yang bagi beberapa kalangan dianggap sebagai salah satu solusi terbaik untuk memenuhi target peningkatan produksi. Tidak tanggung-tanggung, Wakil Presiden Yusuf Kalla sendiri turun tangan langsung untuk memimpin delegasi Indonesia ke China yang terdiri dari Pengusaha, Ketua Asosiasi Perbenihan Indonesia, Menteri Perdagangan, dan Menteri Pertanian untuk menjajagi berbagai kemungkinan kerjasama untuk mendatangkan benih-benih hibrida dan juga alih teknologi dari negeri penghasil sekaligus pengonsumsi beras terbesar di dunia tersebut.

CPT PLI 52 Revolusi Hijau Kedua


Kalau benar revolusi hijau kedua akan dapat mengatasi persoalan, tentu penerapannya harus lebih super hati-hati dan bijaksana. Jangan sampai justru semakin menambah keterpurukan petani masuk ke dalam jurang kemiskinan yang lebih akut. Pada tahun 2005 saja terdapat 38 juta atau 16% dari penduduk Indonesia yang miskin dan 68% dari 38 juta orang miskin ada pada sektor pertanian. Maka pada tahun 2006 ini masih dapat dikatakan secara umum bahwa orang miskin di Indonesia adalah petani.

CPT PLI 51 Ciri Pertanian Industrial


A.   Penggunaan Benih Unggul
Salah satu ciri pertanian industrial adalah penggunaan benih hibrida dengan varietas yang selalu diperbarui oleh produsennya. Varietas baru ini hanya responsif bila pemakaian input (misalnya pupuk NPK, pestisida, dan ketersediaan air) dalam kondisi yang sempurna; sehingga mampu berproduksi lebih tinggi dari benih varietas lokal atau tradisional.


B.  Penggunaan Pupuk Kimia

Penggunaan pupuk kimia buatan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistem usaha tani modern. Dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan pupuk buatan dan input buatan pabrik yang lain cenderung meningkat secara signifikan. Namun demikian, peningkatan tersebut juga disertai dengan peningkatan beberapa problema, antara lain tekanan inflasi, degradasi ekosistem pertanian, secara ancaman kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia.

C.  C.  Penggunaan Pestisida
Pertanian industrial menganjurkan penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit,untuk menghindarkan tanaman dari risiko kehilangan hasil akibat serangga, hewan, dan mikroorganisme lainnya. Dalam teknik usaha tani, pestisida, insektisida,dan herbisida memiliki peran sentral untuk menggeser sistem pertanian kecil yang terdiversifikasi menuju industri pertanian monokultur secara revolusioner. Dari perspektif sempit atau jangka pendek, pemakaian pestisida tampaknya memang menguntungkan. Namun, dampaknya secara luas saat ini ternyata bahwa residu pestisida kimia merupakan ancaman serius (serious hazards) bagi lingkungan dan kesehatan manusia antara lain meningkatnya resistensi

CPT PLI 50 Kekeliruan Pertanian Industrial


Kondisi saat ini, sistem pertanian tradisional yang lebih mementingkan aspek kelestarian lingkungan sudah banyak ditinggalkan, digantikan dengan sistem pertanian industrial yang cenderung bersifat pragmatis, terlalu berorientasi kuantitas dan kurang memperhatikan aspek kontinuitas, sehingga  banyak menimbulkan masalah lingkungan. Sekelompok environmentalis dari Princeton University, yang terdiri dari Peter Goering, Helena Norberg-Hodge dan John Page, melalui bukunya From the Ground Up Rethinking Industrial Agriculture yang diterbitkan oleh International Society for Ecology and Culture tahun 1993, menyampaikan kritik terhadap kebijakan pembangunan pertanian industial yang mengakibatkan Kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia. Menurut mereka ada tiga penyebab kekeliruan pembangunan pertanian industrial.

CPT PLI 49 Bermula Dari Revolusi Hijau

Revolusi Hijau adalah suatu istilah untuk menggambarkan sebuah transformasi agrikultural yang membawa peningkatan produksi secara signifikan di banyak negara berkembang sekitar tahun 1940-1960. Transformasi itu didasarkan hasil penelitian dan pengembangan infrastruktur yang dilakukan oleh The Rockefeller Foundation, Ford Foundation, dan sejumlah lembaga lainnya. Istilah Revolusi Hijau itu sendiri baru digunakan pertama kali tahun 1968 oleh mantan Direktur USAID, William Gaud. Ia menyatakan, ” Pertumbuhan yang cepat dari bibit gandum dan beras terbaru di seluruh Asia dan perkembangan lainnya di bidang agrikultur mengandung makna sebuah revolusi baru.  

CPT PLI 48 Studi Kasus


Melalui Program Pengelolaan Udara dan Limbah, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB telah melakukan berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat, seperti berikut :
Penelitian-Penelitian yang Dilakukan di Laboratorium Kualitas Udara
  • Faktor Emisi Gas Buang CO, Pb, dan Partikulat pada Kendaraan Bermotor Roda Empat di Indonesia
  • Pengaruh Buangan Gas CO, NO2, dan HC, Partikulat, SO2 dan Pb dari Industri terhadap Kualias Udara di Daerah Bandung Selatan
  • Studi Evaluasi Kualitas Udara, Khususnya SO, SO, NO, Partikuiat Akibat Proses Pembakaran Batubara PUD Suralaya
  • Metodologi Penentuan Titik Pemantauan untuk Sumber Udara Tidak Bergerak dengan Industri Semen Palimanan sebagai Studi Kasus
  • Penyisihan NOx secara Fotokatalitik menggunakan Titanium Dioksida
  • Pengaruh Pembebanan dalam Komposisi Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) dalam Emisi Mesin Diesel
Penelitian dalam Kualitas Udara Perkotaan
  • Pengukuran Fluks Deposisi Kering Ambien untuk Partikel Total dan Pb di Bandung
  • Studi Pencemaran Udara (TSP, Pb, SO2, CO, NO2, Total Hidro Karbon di Daerah Pemukiman Bandung Utara
  • Distribusi Ukuran Parikulat untuk Senyawa Sulfat dan Nitrat di Bandung
  • Identifikasi Sumber Emisi Pencemar Gas dan Partikulat di Surabaya
  • Analisis Komposisi dan Fraksi Partikulat Atmosferik di Kota Bandung
  • Evaluasi Hasil Pengukuran Konsentrasi Partikulat, Senyawa NOx, CO, NO2 dan Pb di Jalan Braga Bandung
  • Analisis Komposisi Fraksi dan Fluktuasi Hidro Karbon C1 –C5 dari Udara, Studi Kasus di Bandung Utara
  • Analisis Prekursor Fotooksidan di Daerah Bandung
  • Index Pencemaran Udara dengan Indikator Coefficient of Haze: Studi Kasus Bandung-Jakarta
  • Kajian Korelasi Konsentrasi Polutan CO dan NOx dengan Jumlah Kendaraan Bermotor dengan Studi Kasus Terminal Leuwi Panjang Bandung
Penelitian dalam Pengendalian Pencemaran Udara
  • Proses Biofiltrasi untuk Penyisihan Gas Ammonia dan Hidrogen Sulfida
  • Proses Biofiltrasi untuk Penyisihan Gas SO2
  • Studi Evaluasi Efisiensi Penyisihan Gas SO2 dengan Pembebanan Tinggi Menggunakan Teknik Biofiltrasi 

CPT PLI 47 Polusi Udara di Kota Besar


Banyak kota-kota didunia dilanda oleh permasalahan lingkungan,paling tidak adalah  semakin  memburuknya  kualitas  udara.terpapar  oleh  polusi  udara  saat  ini  merupakan   bagian   yang   tidak   terpisahkan   dari   kehidupan   kota-kota   seluruh  dunia.Informasi  yang  ada  menunjukkan  bahwa  pedoman  kualitas  udara  dari  WHO  secara  teratur  telah  disebar  diberbagai  kota,  bahkan  di  beberapa  tempat  tersebar luas. (Yusad, 2003). Menurut  hasil studi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi  (BPPT) yang bekerjasama dengan Forchungszentrum Julich Jerman, pada tahun 1991 luas kawasan kritis polusi udara di Pulau Jawa sudah mencapai 7.800 km2, meliputi seluruh kota besar, kota sedang dan sebagian kota kecil. Untuk tahun 2001, luas kawasan mencapai 17.300 km2, tahun 2011 diperkirakan mencapai 30.500 km2 dan tahun 2021 diperkirakan mencapai 50.600 km2 (lebih luas dari Propinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat).

CPT PLI 46 Polutan Udara


Polutan udara primer, yaitu polutan yang mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya, dapat dibedakan menjadi lima kelompok sebagai berikut:
  1. Karbon monokside  (CO)
  2. Nitrogen                 (NOx)
  3. Hidrokarbon           (HC)
  4. Sulfur diokside        (SOx)
  5.  Partikel
Sumber polusi yang utama berasal dari transportasi, di mana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monokside dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain. Polutan yang utama adalah karbon monokside yang mencapai hampir setengah dari seluruh polutan udara yang ada.

CPT PLI 45 Komposisi Udara


Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi.Komposis campuran gas tersebut tidak selalu konsistan. Komponen yang konsentrasinya selalu bervariasi adalah air dalam bentuk uap H2O dan karbon dioksida (CO2). Jumlah uap air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu.
            Konsentrasi CO2 di udara selalu rendah, yaitu sekitar 0.03%. konsentrasi CO2 mungkin naik, tetapi masih dalam kisaran beberapa per seratus persen, misalnya di sekitar proses-proses yang menghasilkan CO2 seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran, atau di sekitar kumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas yaitu karena pernafasan. Konsentrasi CO2 yang relatif rendah dijumpai di atas kebun atau ladang tanaman yang sedang tumbuh atau di udara yang baru melalui lautan. Kosentrasi yang relatif rendah ini disebabkan oleh obsorbsi CO2 oleh tanaman selama fotosintesis dan karena kelarutan CO2 di dalam air. Tetapi pengaruh proses-proses tersebut terhadap konsentrasi total CO2 di udara sangat kecil karena rendahnya konsentrasi CO2.

CPT PLI 44 Beberapa Jenis Pencemar Air


A.  Padatan

Air yang terpolusi selalu mengandung padatan yang dapat dibedakan atas empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifatnya lainnya, terutama kelarutannya yaitu:

1.     Padatan terendap (sedimen)
2.     Padatan tersuspensi dan koloid
3.     Padatan terlarut
4.     Minyak dan lemak

B. Bahan Buangan Yang Memerlukan Oksigen

1.     Oksigen Terlarut
2.  Biochemical Oxygen Demand (BOD)
3.  Chemical Oxygen Demand (COD)

C.  Mikroorganisme

Mikroorganisme yang terdapat di dalam air berasal berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan organik lainnya, dan sebagainya. Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup di dalam air, atau tidak tahan lama hidup di dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok.

CPT PLI 43 Pencemaran Air dan Sifat Air Tercemar


PENCEMARAN AIR atau polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari dari keadaan normal,bukan dari kemurniannya.Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua air sudah terpolusi.Sebagai contoh,meskipun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari polusi,air hujan selalu mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO2,O2 dan N2,serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa dari atmosfer. Air permukaan dan air sumur biasannya mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg,Ca dan Fe. Air yang mengandung komponen-komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah. Air minum pun bukan merupakan air murni. Meskipun bahan-bahan tersuspensi dan bakteri mungkin telah dihilangkan dari air tersebut, tetapi air minum mungkin masih mengandung komponen-komponen terlarut. Bahkan air murni sebenarnya tidak enak diminum karena beberapa bahan yang terlarut mungkin memberikan rasa yang spesifik terhadap air minum.

 Ciri-ciri air yang mengalami pencemaran sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Sebagai contoh air minum yang terpcemar mungkin rasanya akan berubah meskipun perubahan baunya mungkin sukar dideteksi, bau yang menyengat mungkin akan timbul pada pantai laut, sungai dan danau yang terpolusi, kehidupan hewan air akan berkurang pada air sungai yang terpolusi berat, atau minyak yang terlihat terapung pada permukaan air laut menunjukkan adanya polusi. Tanda-tanda polusi air yang berbeda ini disebabkan oleh sumber dan jenis polutan yang berbeda-beda. 

CPT PLI 42 Urgensi Air

Air adalah zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.


Pelarut digunakan sehari-hari untuk mencuci, contohnya mencuci tubuh manusia, pakaian, lantai, mobil, makanan, dan hewan. Selain itu, limbah rumah tangga juga dibawa oleh air melalui saluran pembuangan. Pada negara-negara industri, sebagian besar air terpakai sebagai pelarut. Air dapat memfasilitasi proses biologi yang melarutkan limbah. Mikroorganisme yang ada di dalam air dapat membantu memecah limbah menjadi zat-zat dengan tingkat polusi yang lebih rendah.

CPT PLI 41 Manusia dan Lingkungan

manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala aspek fungsinya mengalami kelahiran, kematian, proses sosialisasi atau hubungan timbal balik antar makhluk hidup lainnya.

dampak rusaknya lingkungan hidup


  1. meningkatnya suhu bumi ( global warming )
  2. rusaknya hutan lindung, mengakibatkan kelangkaan air dan udara bersih
  3. rusaknya lubang ozon yang mengakibatkan sirar ultraviolet matahari secara langsung masuk kebumi
upaya menjaga kelestarian lingkungan 
  1. pengelolaan tanah sesuai kondisi
  2. memberikan perlakuan khusus untuk limbah 
  3. reboisasi pada lahan kritis
  4. dalam memanfaatkan hasil hutan dilakukan secara tebang pilih atau tebang tanam 
  5. mengkonsumsi barang yang ramah lingkungan 
  6. tidak mengeksploitasi hutan secara besar besaran

CPT PLI 40 Bau Tak Sedap Dihasilkan Dari Limbah Pabrik Tapioka di Lampung

Limbah pabrik tapioka kembali cemari sungai. Banyak ikan mati dan muncul aroma bau yang tak sedap dari sungai yang tercemar. Limbah dari pabrik tapioka mencemari sungai way rumbia hingga ke Way Pegadungan. Masyarakat merasa resah akibat pencemaran yang berasal dari limbah pabrik tapioka.

CPT PLI 39 Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Medan


Kondisi TPA yang buruk dapat menimbulkan persoalan lingkungan dan mengganggu kesehatan masyarakat di sekitar TPA. Persoalan lingkungan yang sering terjadi seperti pencemaran air  (baik air permukaan maupun air tanah), pencemaran tanah, dan pencemaran udara. Pencemaran  sampah  ini  akan menimbulkan  beberapa penyakit seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), TB paru kronis dan penyakit kulit. Bahkan pengelolaan sampah di TPA yang buruk dapat menimbulkan konflik sosial antara masyarakat sekitar dengan  pemerintah  atau swasta pengelola sampah. 

CPT PLI 38 Kondisi Biota Laut Terumbu di Pulau Batam Akibat Pembuangan Limbah Kapal Minyak


Kapal Singapura diduga sering membuang limbah sisa bahan bakar minyak industri berbentuk sludge oil yang merupakan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) di sekitar perairan Kepulauan Riau (Kepri). Aktivitas tersebut sudah merusak ekosistem perairan Kepri sehingga mengancam keberadaan terumbu karang dan ratusan spesies laut.


Mantan Menteri Perikanan dan Kelautan, Rokhmin Dahuri menuding Singapura sering membuang limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di sekitar perairan Kepri sehingga diperlukan pengawasan yang intensif oleh Angkatan Laut, Polisi Perairan dan instansi Dinas Kelautan Perikanan dan Pertanian (KP2) Provinsi Kepri.

CPT PLI 37 Kebakaran Hutan Lindung


Kebakaran melanda hutan lindung di Gunung Nona, Ambon, Maluku. Kebakaran ini diduga akibat warga membuka lahan untuk berkebun.
Lokasi kebakaran dekat puncak gunung, Kamis, kemarin, membuat petugas kesulitan memadamkan api. Warga yang tinggal di sekitar hutan lindung Gunung Nona, Kecamatan Nusaniwe, Ambon panik. Karena lokasi kebakaran tak jauh dari permukiman mereka.
Warga bergotong royong berupaya memadamkan si jago merah. Mereka menggunakan peralatan seadanya akibat lamanya petugas pemadam tiba di lokasi.
Namun setibanya 3 mobil pemadam kebakaran, petugas belum bisa menuju titik api karena sulitnya medan. Kuatnya angin juga membuat api membesar hingga mendekati permukiman warga.
Belasan hektare hutan lindung rusak. Sudah 3 kali hutan lindung Gunung Nona ini terbakar yang disebabkan ulah warga setempat.

CPT PLI 36 Pencemaran Udara di Kota Bandung


Sumber pencemaran udara di Kota Bandung adalah berasal dari sektor transportasi industri dan rumah tangga. Pada umumnya pencemaran udara dari sumber-sumber tersebut berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan sumber pencemaran udara yang paling besar adalah berasal dari sektor transportasi.
Peningkatan jumlah kendaraan di Kota Bandung saat ini sangatlah pesat. Dengan jumlah kendaraan yang semakin meningkat sedangkan panjang ruas jalan di Kota Bandung adalah 3% dari luas wilayah, ( luas wilayah jalan idelanya adalah 15 – 20% ) maka semakin tinggi pula emisi yang dihasilkan. Selain menyebabkan masalah lain seperti kemacetan, kecelakaan lalu lintas, dan kebisingan. Berdasarkan hasil penelitian dari Pudji dari Institut Tekhnologi Bandung, jumlah kendaraan bermotor di Kota Bandung menyumbang Karbonmonoksida ( CO ) sebanyak 599 ton/tahun atau setara dengan 98% dari keseluruhan emisi CO di Kota Bandung.

CPT PLI 35 Banjir Bngawan Solo


Ribuan rumah di empat kecamatan di Tuban, Jawa Timur, hingga kini masih terendam banjir akibat luapan Bengawan Solo.Ketinggian air yang mencapai hampir satu meter membuat seluruh aktifitas warga terpaksa dilakukan di atas air, seperti memasak dan juga tidur.

Walau air banjir mulai surut, ribuan rumah warga di bantaran Bengawan Solo di Tuban masih terendam banjir. Ketinggian air di sebagian wilayah pemukiman warga masih sekitar 50 centimeter hingga satu meter.

Saat ini masih terdapat sekitar dua ribu rumah warga yang terendam banjir. Di antaranya berada di Desa Patihan dan Ngadipuro, Kecamatan Widang, di Desa Kebomelati, Kecamatan Plumpang, kemudian di Desa Ngadirejo, Karangtinoto, Tambakrejo, dan Kanorejo di Kecamatan Rengel. Serta, Desa Sandingrowo, Kenongo Sari, dan Glagahsari, Kecamatan Soko.

CPT PLI 34 Pendidikan Lingkungan dan Pengetahuan Lingkungan


Pendidikan lingkungan adalah seluruh kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan
masyarakat yang peduli lingkungan dan kecakapan untuk memberi penyelesaian masalah lingkungan.  Tujuan Pendidikan lingkungan adalah untuk merubah perilaku - dimana dalam hal ini berarti khalayak sasaran (termasuk anak, dan peserta didik) tidak sekedar diberi informasi dalam proses belajar mengajar tetapi juga praktek di lapangan.


Pengetahuan lingkungan adalah pengetahuan yang mengkaji hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya dalam hubungannya dengan dampak kehidupan manusia serta berupaya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

CPT PLI 33 DAMPAK PENCEMARAN MERKURI TERHADAP BIOTA AIR DAN KESEHATAN MANUSIA


Terdapatnya merkuri di lingkungan perairan disebabkan kegiatan perindustrian dan kegiatan alam. Pengaruh merkuri sebagai pollutan terhadap kehidupan biota laut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui penurunan kualitas air, dan melalui rantai makanan (food chain). Terjadinya proses akumulasi di dalam tubuh ikan karena kecepatan pengambilan merkuri (up take rate) oleh ikan lebih cepat dibandingkan proses eksresi. Pengaruh toksisitas merkuri terhadap ikan dapat bersifat lethal dan sublethal, sinergism dan antagonism. Dampak merkuri pada manusia dapat berupa gangguan fisiologis, ganggunan sistim syaraf, gangguan pertumbuhan, dan gangguan terhadap ginjal.

CPT PLI 32 KEBAKARAN HUTAN LINDUNG DI LERENG GUNUNG SINDORO


KEBAKARAN KEMBALI TERJADI DI GUNUNG SINDORO KABUPATEN TEMANGGUNG JAWA TENGAH, PADA BULAN AGUSTUS 2012.API MENGHANGUSKAN SEMAK BELUKAR DAN SEBAGIAN TANAMAN RIMBA CAMPUR DIKAWASAN HUTAN LINDUNG.

API BERASAL DARI BARA API SISA KEBAKARAN MINGGU LALU HAL ITU DIKARENAKAN PADA SAAT UPAYA PEMADAMAN SULIT DILAKUKAN PADA MALAM HARI, SELAIN ITU DIDALAM MUSIM KEMARAU YANG PANJANG SERTA ANGIN YANG KENCANG MEMBUAT POTENSI KEBAKARAN YANG TINGGI

CPT PLI 31 Pelayanan Air Minum Jakarta dan Pencamaran Air Pencemaran Citarum di Fase Terberat


Krisis Air
Sekitar 65 persen penduduk Indonesia atau sekitar 125 juta jiwa menetap di Pulau Jawa yang luasnya hanya tujuh persen dari seluruh luas daratan Indonesia.  Sementara dari sudut potensi air hanyalah 4,5 persen dari total potensi air di Indonesia sehingga menimbulkan benturan kepentingan.  Dipandang dari segi pengembangan sumber daya air, permasalahan air di Jawa termasuk kategori kritis.
Kerusakan Sungai
Sebanyak 64 dari total 470 Daerah Aliran Sungai (DAS)  yang ada di Indonesia saat ini dalam kondisi yang kritis. Dari 64 DAS kritis tersebut, berada di Sumatera 12 DAS, Jawa 26 DAS, Kalimantan 10 DAS, Sulawesi 10 DAS, Bali, NTB dan NTT 4 DAS, Maluku serta Papua 2 DAS.